Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Israel Benamkan Harga Gas Alam

Kompas.com - 03/11/2015, 10:32 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Di awal pekan, harga gas alam menembus level terendah sejak Februari 2008. Upaya Israel menggenjot eksplorasi gas alam dinilai dapat memicu banjir pasokan di pasar global.

Mengutip Bloomberg, Senin (2/11/2015) pukul 15.45 WIB harga gas alam kontrak pengiriman Desember 2015 di bursa New York Merchantile Exchange menukik signifikan, 3,01 persen ke 2,25 dollar AS per mmbtu. Sepekan terakhir, harga gas alam sudah merosot 4,25 persen.

Ibrahim, Pengamat Komoditas PT SoeGee Futures, mengatakan, rencana Israel membangun ladang gas alam memang sempat terhambat oleh mundurnya Menteri Ekonomi Aryeh Deri pada Minggu (1/11).

Namun Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu memastikan proyek itu tetap berjalan sesuai rencana.

"Keinginan Israel yang menggebu ini jelas karena upaya untuk menjadi salah satu pengekspor gas alam bagi negara-negara tetangganya," kata Ibrahim.

Netanyahu berharap, gas alam dapat menopang pertumbuhan ekonomi Israel di masa depan. Selama enam tahun terakhir, ladang gas alam Israel berhasil memenuhi kebutuhan gas dalam negeri dan memiliki cadangan untuk ekspor.

Israel sudah menandatangani kesepakatan ekspor gas alam untuk bahan bakar ke Yordania dan Mesir.

"Nantinya akan ada perang harga, yang berujung pada persaingan harga termurah ke pasar," prediksi Ibrahim.

Maka, tekanan negatif akan mendominasi pergerakan harga gas alam.

Masalah cuaca juga menekan harga gas alam. Hingga pengujung tahun belum ada tanda-tanda segera memasuki musim dingin di AS, sehingga permintaan sulit terangkat.

Untuk itu Ibrahim menduga, Selasa (3/11/2015)  ini harga gas alam masih berpeluang turun.

"Permintaan dari China dan Eropa diduga belum membaik karena ekonomi mereka sedang goyah," tambahnya. Itu bukan tanpa alasan.

Meski data manufaktur PMI China Oktober 2015 bertahan di level 49,8 dan Caixin Manufacturing PMI Oktober China naik dari 47,2 ke level 48,3 tapi level tersebut masih di bawah 50.

Artinya, manufaktur Negeri Panda masih mengalami kontraksi. Ibrahim bilang, harga gas alam di akhir tahun berpotensi kembali ke 2,50 dollar AS per mmbtu dengan mempertimbangkan datangnya musim dingin.

Secara teknikal, bollinger band dan moving average (MA) 10% di atas bollinger bawah mendukung penurunan. Garis MACD di level 65% negatif, berpola downtrend. Sejalan, RSI dan stochastic keduanya di level 65% negatif mengarah ke bawah.

Pada Selasa (3/11/2015), harga gas alam diprediksi di rentang 2,21 dollar AS sampai 2,26 dollar AS per mmbtu. Adapun sepekan ke depan harga berkisar antara 2,10 dollar AS hingga 2,26 dollar AS per mmbtu. (Namira Daufina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com