Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terbang Demak Ingin "Terbang"

Kompas.com - 09/11/2015, 16:23 WIB
Kontributor Demak, Ari Widodo

Penulis

KOMPAS.com - Ketimbang belimbing dan jambu air khas Demak yang sudah "terbang" alias menjadi unggulan dan terkenal di seluruh Tanah Air, terbang atau rebana khas Demak  justru masih berkutat di level lokal. Padahal, kualitas terbang Demak itu sudah jelas mampu bersaing dengan produk rebana dari wilayah lain.

Demak, kota kabupaten di pantai utara Jawa Tengah, memang sudah lama sohor dengan dua komoditas tersebut. Demak juga punya ikon Masjid Agung dan makam Sunan Kalijaga,  satu dari sembilan sunan penyebar agama Islam di Jawa.

Namun begitu, belum banyak khalayak mafhum bahwa terbang khas Demak sejatinya menjadi produk industri rumahan di berbagai wilayah di kabupaten seluas 897,43 kilometer persegi itu.

Adalah M. Latif Ardani yang memproduksi rebana di kediamannya,  di Kampung Tanubayan RT 01/ 10 Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak Kota, Demak. Meski di kelurahannya ada lima industri rumah tangga rebana, hasil usaha milik Lelaki berputra tiga ini lebih sering mendapat pesanan hingga ke luar kota.
 
“Mungkin karena kami selalu membuat inovasi baru dalam pembuatan alat musik ini. Misalnya kami menambahkan motif batik di permukaan rebana, baik yang berbahan kulit kambing maupun mika. Sementara, untuk kerangkanya bahan utama kami menggunakan kayu dan aluminium. Ada yang dicat polos coklat untuk yang original maupun dicat semprot motif untuk hasil yang lebih bervariasi,” kata Latif sambil tersenyum.

Untuk satu paket alat rebana terdiri dari empat unit rebana, tiga unit ketipung, satu unit bas sandungan, satu unit tengahan , satu unit bas, satu unit icik-icik,  dan satu unit tamborin, pihaknya mematok harga antara Rp. 4.500.000 – Rp. 6.500.000. Harga sesuai dengan ukuran dan variasi rebana yang dipesan.

Fokus

Kompas.com/Ari Widodo Produk rebana atau terbang khas Demak karya A. Latif Ardani ingin juga "terbang" alias menjadi unggulan dan terkenal di seluruh Tanah Air sama halnya dengan jambu air dan belimbing.

Menurut lelaki berkacamata ini, dirinya fokus terhadap jalannya produksi rebana. Artinya, ia dan keluarganya memang betul-betul menggantungkan hidup sehari-hari dari hasil penjualan produknya ini.

Suami dari Najihah (44) ini menyatakan bahwa selama ia menekuni profesi ini kurang lebih 17 tahun, pihaknya selalu membuat rebana  berdasarkan pesanan (delivery order). Menurutnya, delapan orang karyawannya setiap hari mampu memproduksi satu set rebana.

Alhamdulillah, dari hasil rebana ini kami sudah bisa menguliahkan anak sulung dan anak kedua saat ini sudah kelas 3 SMA,“ kata Latif yang saat ditemui sedang memamerkan produknya di salah satu stan Pameran Potensi Desa 2015 Jawa Tengah yang digelar pada 6- 9 November 2015 di alun-alun Demak.

Latif tidak memungkiri bahwa mengikuti pameran atau ekspo menjadi salah satu upaya untuk mempromosikan produknya di masyarakat. Selama ini pihaknya tidak  memiliki strategi tertentu untuk mempublikasikan hasil karyanya.

Ia hanya berkeyakinan bahwa selama masih ada masyarakat yang religius, rebana atau terbang akan terus mendapatkan peminat setia. Terbukti hampir setiap rukun tetangga (RT) di wilayah Demak memesan seperangkat alat rebana dari rumah produksi maupun di gerai miliknya yang terletak di pelataran Masjid Agung Demak.

“Di Demak, hampir semua RT punya jamiah pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu, masing masing biasanya memiliki rebana untuk mengisi acara. Sekarang malah lebih booming lagi rebana model habib syech-an,” terang Lelaki 45 tahun yang terlihat bersahaja ini.

Lebih lanjut, Latif berharap produknya bisa menembus pasar mancanegara sehingga mampu mengangkat rebana sebagai salah satu produk unggulan Demak yang mampu bersaing di pasar dunia. Tetapi ia juga sangat bersyukur selama ini mendapatkan pelanggan dari hampir semua sekolah dasar (SD) se-Jawa Tengah.

Uniknya, produk unggulan miliknya ini belum pernah dititipkan di toko. Jadi, konsumen langsung memesan ke industri rumahnya untuk langsung digunakan sendiri. Selain rebana, industri rumah miliknya juga memproduksi bedug berbagi ukuran yang sudah memiliki pangsa pasar sendiri baik di Jawa Tengah, Jawa Barat, maupun Jawa Timur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com