Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modal Sampah, Bisa Bayar Listrik sampai Produksi Biogas

Kompas.com - 08/12/2015, 22:08 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

Lewat proses pengelolaan sampah tersebut, masyarakat tak hanya menghilangkan bau sampah tapi juga menghasilkan biogas dari gas metana. Gas ini kemudian dimanfaatkan menjadi sumber bahan bakar masyarakat sekitar.

Gas metana tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga menghasilkan energi yang besar. Satu meter kubik gas metana setara dengan energi yang dihasilkan 0,48 kilogram gas Elpiji (LPG).

“Saat ini, TPST tersebut menjadi best practice bagi daerah lainnya. Tiap tahun, TPST 3R Mulyoagung dikunjungi lebih dari 700 pengunjung, baik dari institusi dalam dan luar negeri yang ingin belajar lebih jauh mengenai pengelolaan sampah berbasis masyarakat,” ungkap Romdhoni. 

Romdhoni tak menyia-nyiakan situasi tersebut. Kecintaannya terhadap seni dan keberlanjutan lingkungan juga memicu pemikiran kreatif. Dia pun mengubah tampilan TPA agar lebih bermanfaat dan memiliki nilai estetika.


Ia membangun TPA Sanitary Landfill dan mengubahnya menjadi taman rekreasi warga berbasis edukasi. “Saya tak ingin sampah hanya dipandang sebagai tempat yang menjijikkan. Selain bernilai dan dapat menghasilkan uang, sampah juga bisa menjadi media pembelajaran,” papar Romdhoni.

Di tempat wisata tersebut, pengunjung “disuguhi” lahan besar tempat pengelolaan sampah, mulai dari proses pemilahan hingga menghasilkan biogas. “Tempat ini akhirnya mengubah pandangan masyarakat yang semula menentang keberadaan TPA di wilayah permukimannya karena merasakan manfaat langsung dari keberadaan TPA tersebut,” imbuh Romdhoni.

Tanggung jawab bersama

Sugeng dan Romdhoni adalah dua dari sebagian kecil orang yang peduli akan lingkungan. Gerakan yang mereka lakukan menjadi manfaat nyata di tengah tantangan sarana sanitasi dasar dan air minum layak yang masih sering luput menjadi perhatian.

Padahal, pemenuhan akses air minum layak dan sanitasi dasar merupakan salah satu target Milennium Development Goals (MDGs) yang ditetapkan PBB pada 2000. Sebagai salah satu anggota PBB, Indonesia juga harus mengejar target yang sama.

Demi mendorong akses air minum layak dan akses sanitasi dasar bagi seluruh penduduk Indonesia, pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015–2019 mencanangkan “Gerakan 100 Persen Akses Air Minum dan Sanitasi pada 2019”. Gerakan ini secara ringkas disebut sebagai “Akses Universal 2019”.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia secara nasional telah mewujudkan air minum layak bagi 68,36 persen populasi dan akses sanitasi dasar kepada 61,04 persen populasi pada 2014. Hingga 2019, Pemerintah menargetkan minimnal ada peningkatan 40 persen akses sanitasi layak dan  30 persen akses air minum aman.

Khusus urusan sampah, targetnya 80 persen sampah perkotaan dapat dikelola langsung dan 20 persen sisanya diolah lewat proses reduce, reuse, recycle (3R). Agar terwujud, Indonesia butuh lebih banyak Sugeng dan Romdhoni untuk turun tangan bersama pemerintah maupun kalangan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Target Akses Universal 2019 akan menjadi tantangan berjawab hanya bisla ada kesadaran dan keterlibatan setiap warga negara Indonesia. Apakah Anda juga salah satunya?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com