Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saatnya Bangga dengan Kopi Negeri Sendiri

Kompas.com - 22/02/2016, 17:51 WIB
Reza Pahlevi

Penulis

"Kami ingin pemerintah membantu untuk membentuk balai penelitian kopi di Gayo, Aceh," ujar Adit Kurniawan, salah satu petani kopi.

Kehadiran balai tersebut, menurut Adit, bakal menjadi kesempatan bagi petani meningkatkan keterampilan. Keterampilan dimulai dari cara tanam yang baik hingga pemasarannya.

Anggota kelompok petani kopi Sumatera Permata Gayo tersebut juga menyebutkan, petani kopi butuh alat produksi.

"Penunjang untuk menanam kopi hingga pengolah kopi," ujarnya.

Harapan akhirnya, kesejahteraan petani kopi pun seharum aroma seduhan minuman tersebut.

Intensifikasi dan penanaman kembali

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, kopi adalah komoditas non-migas yang menjadi penyumbang keempat terbesar devisa, setelah kelapa sawit, karet, dan kakao. Pada 2014, misalnya, devisa yang dihasilkan kopi tercatat 1,4 miliar dollar AS.

Merujuk data yang sama, luasan lahan kopi di Indonesia hingga akhir 2014 mencapai 1,24 juta hektar. Rinciannya, 933.000 hektar kebun kopi robusta dan 370.000 hektar kopi arabika. Rata-rata petani kopi, menurut data itu, memiliki 0,6 hektar kebun.

Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam paparan peringatan Hari Kopi Nasional, Kamis (1/10/2015), menyebutkan, setiap hektar kebun kopi robusta menghasilkan 741 kilogram biji kopi per tahun. Adapun kebun kopi arabika menghasilkan 808 ton biji kopi per hektar per tahun.

Sejumlah usaha pun dilakukan pemerintah untuk mendongkrak produktivitas dan kualitas kopi Indonesia. Program kredit usaha rakyat (KUR), misalnya, mengalokasikan Rp 5,6  triliun untuk itu, dengan Rp 4,4 triliun menyasar intensifikasi.

Dana selebihnya dari kucuran KUR itu, sebut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, dipakai untuk penanaman kembali.

"Kami akan mempercepat intensifikasi lahan kopi 100.000 hektar sampai akhir tahun," kata Amran, juga pada peringatan Hari Kopi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com