Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

BI Rate dan Keanehannya

Kompas.com - 18/03/2016, 14:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Namun, selama Januari 2016, inflasi inti ternyata masih menurun ke posisi 3,57 persen, yang berarti semakin jauh dari target 4 persen.

BI lalu menambah dosis, dengan kembali menurunkan BI Rate sebesar 25 bp menjadi 7 persen pada 18 Februari 2016.

Lagi-lagi dosisnya masih kurang karena inflasi selama Februari 2016 ternyata tetap turun, ke posisi 3,54 persen.

BI pun menambah dosis lagi pada RDG kemarin, dengan menurunkan BI rate 25 bp lagi ke posisi 6,75 persen.

BI tentu berharap, dengan penurunan BI rate kali ini, penurunan inflasi akan terhenti dan kemudian akan merangkak naik mendekati target 4 persen.

Jika ternyata dalam beberapa bulan ke depan, inflasi masih terlalu rendah, bisa jadi BI akan kembali menurunkan BI Rate.

Mengapa inflasi pada 2016 dipatok di kisaran 4 persen? Karena berdasarkan perhitungan dan karakteristik perekonomian Indonesia, angka itulah yang muncul dan sesuai dengan target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 sebesar 5,2 – 5,6 persen.

Secara karakteristik perekonomian, inflasi inti Indonesia memang berkisar 4-6 persen. Selama periode Januari 2010 – Februari 2016, rata-rata inflasi inti yoy Indonesia adalah 4,4 persen.

Dalam menetapkan BI Rate, inflasi menjadi pertimbangan utama bank sentral.

Ada juga faktor lain yang dipertimbangkan seperti nilai tukar rupiah dan perbedaan suku bunga acuan dengan negara lain, utamanya Amerika Serikat sebagai negara yang paling berpengaruh dalam pasar keuangan global.

Sumber : BI (M Fajar Marta)

Dengan nilai tukar rupiah yang dalam tren menguat terhadap dollar AS, likuiditas yang longgar, dan gerak perekonomian yang mulai membaik seiring gencarnya pembangunan infrastruktur, saat ini sebenarnya momentum yang tepat bagi bank sentral untuk terus menurunkan BI Rate. Sekaligus menemukan keseimbangan baru dalam hubungan BI rate dan inflasi.

Sebab, BI rate saat ini masih terlampau tinggi. Rentang BI rate dan inflasi inti saat ini mencapai 321 basis poin.

Padahal, pada tahun 2012, rentang BI rate dan inflasi inti pernah mencapai 126 bp.

Sumber : BI, BPS (M Fajar Marta)

Rentang yang rendah tentu lebih bagus karena akan memperbaiki struktur suku bunga di Indonesia. Suku bunga di Indonesia tidak akan setinggi sekarang. Suku bunga kredit juga akan turun ke level single digit, seperti diharapkan banyak orang.

Kita tunggu saja, apakah Agus Martowardojo dan para koleganya di Dewan Gubernur BI akan memanfaatkan momentum ini atau melewatkannya begitu saja.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com