Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Murniati Mukhlisin
Praktisi Ekonomi Syariah

Pakar Ekonomi dan Bisnis Digital Syariah/Pendiri Sakinah Finance dan Sobat Syariah/Dosen Institut Tazkia

Mana yang Halal dan Mana yang Thayib?

Kompas.com - 01/04/2016, 19:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Seorang penulis, Michael Pollan dalam bukunya Food Rules menyatakan bahwa ada 10 petunjuk memilih makanan sehat:

1. Jangan makan apapun yang nenek moyang kita tidak mengakuinya sebagai makanan.

2. Makan tumbuh–tumbuhan terutama daun–daunan.

3. Makan makanan yang kelak akan basi.

4. Keluar dari supermarket secepat mungkin untuk menghindari makanan instan.

5. Bukan makanan jika dia datangnya lewat jendela mobil.

6. Bukan makanan jika disebut dengan nama yang sama di semua bahasa.

7. Makanlah hewan yang memakan makanan yang baik.

8. Makan junk-food asal buatan sendiri.

9. Jangan sarapan pagi dengan sereal yang dapat merubah warna susu.

10. Jangan remehkan ikan kecil yang berprotein tinggi. 

Petunjuk dari Michael Pollan di atas sudah cukup baik yang dapat menambah pemahaman kita terhadap makanan yang halal dan thayib menurut Al-Qur’an dan Hadits.

Murah atau mahal

Dari panduan di atas tentu saja para keluarga sangat peka dengan harga karena menyangkut soal anggaran keuangan keluarga. Sebenarnya tidak semua yang baik dan sehat itu mahal, misalnya memakan buah–buahan lokal seperti papaya, nenas, rambutan, mangga lebih baik dan murah dari apel yang dililin atau mangga dalam kemasan kaleng.

Namun tidak dipungkiri, sebagian besar makanan organik dipasang dengan harga tinggi karena waktu produksinya lebih lama dan memakai energi manusia lebih banyak.

Sebagai panduan keluarga, usahakan sebisanya untuk mengkonsumsi makanan halal dan thayib dengan menggunakan anggaran yang ada. Jika tidak mampu, jangan kemudian terpaksa berhutang hanya ingin memastikan makanan yang dikonsumsi harus organik misalnya.

Jangan lupa niat dan doa, karena hanya Allah SWT jualah yang akan memastikan konsumsi keluarga kita senantiasa halal dan thayib. Wallahu a'lam bis-shawaab. Salam Sakinah!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com