JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, ada beberapa kondisi yang harus diwaspadai dalam perekonomian Indonesia tahun ini.
Pertama, perlambatan perekonomian Tiongkok.
"Perkiraannya paling tinggi 7 persen tahun 2016 ini. Tentunya ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor dari Indonesia," kata Bambang dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Jakarta, Senin (11/4/2016).
Selain Tiongkok, hal yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah harga komoditas yang masih lemah.
Menurut dia, rendahnya harga minyak mentah dunia akan menekan harga komoditas lain, baik barang tambang maupun hasil perkebunan.
Lebih lanjut dia bilang, pemerintah tetap mewaspadai kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate).
"Meskipun belum ada tanda-tanda kenaikan, tapi sangat mungkin tahun ini akan ada kenaikan, tentunya tergantung perbaikan ekonomi AS sendiri," imbuh Bambang.
(Baca : Bank Mandiri Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI 5 Persen di 2016)
Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi 2015 mencapai 4,8 persen, di mana kontribusi terbesar tetap berasal dari konsumsi rumah tangga (tumbuh 5 persen), konsumsi pemerintah (tumbuh 5,4 persen), dan investasi (tumbuh 5,1 persen).
"Jadi, artinya pertumbuhan ekonomi tahun ini masih akan bertumpu pada ketiganya ini," pungkas Bambang.