Starbucks Indonesia, Sogo, Pizza Hut, dan sebagainya juga mengalami hal serupa, sama dengan yang membuka usaha restoran, rugi dan harus nombok beberapa tahun di awal.
Namanya learning curve, semua pengusaha melewati kurva belajar sampai profit datang. Namun, mengapa sebagian dari mereka menerapkan harga yang murah? Sekali lagi, pelajari business model-nya.
Big data analitics
Akhirnya, harus saya katakan bahwa sharing economy tidak berdiri sendiri. Untuk menembus barikade ekonomi berbiaya tinggi itulah yang membuat publik berkolaborasi, menciptakan sistem sendiri, menemukan business model yang pas, dan mencari teknik-teknik baru untuk mengikis inefisiensi.
Jadi bagian mana yang tidak disukai kaum propaganda yang "tidak welcome" terhadap kehadiran sharing economy? Ekonomi gotong royong? Business model? Proses disruption? Predatory pricing (atau learning curve) atau analitics?
Ini five in one sehingga sulit dibendung.
Mekanisme teknologi ini menjadi amat runyam, kalau "incumbent" dan regulator terlambat belajar ilmu statistik baru yang didasarkan pada pergerakan data real time.
Ya, generasi tua belajar teori sampling dan data time series, sementara kaum muda tinggal dalam big data dan real time.
Mereka bisa mendeteksi mood public dari kata-kata yang diucapkan dan ditulis lewat media sosial, bahkan mereka bisa memetakan siapa menteri yang harus diganti.
Mereka menggunakan natural language programming (NLP), memory based reasoning (rekomendasi), analisis sentimen, customer segmentation using recency frequency monetary (RFM), dan analisis churn risk.
Senjata analitis itu juga bisa mendeteksi di mana ada permintaan pada waktu tertentu. Dengan begitu, "pasukan" suplai dapat dikerahkan untuk menjemput demand at the right time.
Kalau sudah begitu, "daging" ekonominya bisa lebih mudah ditangkap. Jadi, usaha mereka lebih sehat, gesit, dan lebih sejahtera. Bahkan, para driver dalam sistem ekonomi five in one ini harusnya tak perlu lagi bekerja 12 jam.
Hanya dengan bekerja 8 jam sehari, sesuai dengan amanat UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (2009), mereka harusnya sudah bisa sejahtera kalau sistemnya efisien. Kecuali regulator berkata lain, hasilnya akan berbeda.
Jadi sharing economy dalam proses disruption ini tak berdiri sendiri. Saya berharap, kita tak memilih untuk sekadar menjadi penonton dalam gejolak perubahan ini.
Pelaku lama perlu meremajakan diri, strategizing like startups. Regulator perlu membuka wawasan berpikirnya, dan para startups tidak cengeng dalam berjuang.
Detail semua ini bisa Anda saksikan dalam kuliah umum saya di IndonesiaX.co.id.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan bisa membuat kita lebih kompetitif kalau paham dan terus mengikutinya... karena dunia terus berubah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.