Lalu di mana sebenarnya jurusan ini berada? Termasuk rumpun ilmu apa jurusan ini?
Beberapa kali saya menanyakan kepada siswa bimbingan skripsi saya yang membahas topik tentang Marketing Communications, “Apa bedanya skripsi kamu – sebagai anak komunikasi – dengan skripsi anak manajemen jika membahas topik yang sama?”
Periklanan atau Marketing Communications ini pada umumnya ada di bawah induk Fakultas Ilmu Komunikasi atau FISIP Departemen Ilmu Komunikasi.
Sebagai ilmu yang termasuk muda usia, komunikasi menjadi bentuk hybrid dari multi disiplin ilmu. Bahkan di sebuah universitas, periklanan masuk dalam jurusan desain.
Yeahh... periklanan memang sebuah ilmu yang unik – tempat di mana berbagai disiplin ilmu dapat menyumbang dan berperan serta.
Saya sendiri sepakat bahwa semua yang berhubungan dengan periklanan harusnya masuk dalam keilmuan komunikasi – baik kreatif, account ataupun media. Bagian media sendiri sangat unik. Saya banyak menemukan orang-orang media yang berasal dari jurusan statistik.
Sampai saat ini, saya jarang menemukan sekolah periklanan yang benar-benar terintegrasi. Hanya ada nama ITKP yang benar-benar dapat dikatakan sebuah sekolah yang mengajarkan periklanan dari A sampai Z, mulai dari teori hingga praktis.
Perguruan tinggi lainnya tampak masih tanggung dan malu-malu untuk dikatakan sebagai sekolah periklanan. Hasilnya, lulusan seringkali difokuskan pada bagian account executive saja. Padahal masih ada dua bagian penting lagi di biro iklan: kreatif dan media.
Belum lagi perkembangan yang ‘memaksa’ industri saat ini bergerak ke arah digitalisasi media dan pesan.
Konflik klasik antara bagian kreatif dengan bagian AE harusnya dapat diminimalkan jika sejak awal mereka sudah diajarkan dengan bahasa yang sama: bahasa periklanan.
Bahasa periklanan merupakan bahasa komunikasi, bukan bahasa kreatif ataupun bahasa pemasaran. Periklanan dalam konten kreatif harus tetap mengacu pada model komunikasi yang berlaku.
Bahasa yang harus menitikberatkan pada unsur penyampaian pesan, bukan pada kreativitas ataupun artistik belaka.
Begitu juga dari sisi bagian AE, perlu diingat kembali bahwa bahasa periklanan adalah sebuah proses komunikasi – bukan proses pemasaran secara langsung. Periklanan tidak bertanggung jawab secara langsung terhadap penjualan, walau memang ada korelasi antara komunikasi yang efektif dengan tingkat penjualan.
Keberhasilannya harus kita lihat pada konteks efektivitas pesan, bukan meningkatnya penjualan.
Mari jadikan bahasa komunikasi sebagai jembatan dari bahasa kreatif dengan bahasa pemasaran.
Jembatan itu dapat dibangun sejak perguruan tinggi dengan membangun sekolah periklanan yang saling terintegrasi di dalamnya. Kebutuhan industri semakin tinggi dan semakin kompleks, maka mari kita siapkan siswa-siswa yang nanti akan siap tempur untuk menghadapi pertempuran di luar sana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.