Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR: Pemerintah Terlalu Optimistis pada Pertumbuhan Ekonomi dalam RAPBN-P 2016

Kompas.com - 07/06/2016, 06:30 WIB
Achmad Fauzi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi XI DPR fraksi Partai PDIP Andreas Eddy Susetyo menyatakan pemerintah terlalu optimis terhadap pertumbuhan ekonomi pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P).

Eddy menjelaskan, untuk pertumbuhan ekonomi misalnya, pemerintah menilai pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga. Tapi hal ini tidak didukung dengan nilai produk baik makanan maupu komoditas lain yang terus melambung.

"Masyarakat menengah ke bawah kesulitan melakukan belanja karena harga yang terus naik. Sedangkan masyarakat menengah ke atas memang punya uang tapi mereka menahan untuk tidak berbelanja," kata Eddy di gedung DPR, Senin (6/6/2016).

Dengan permasalahan ini, pemerintah harus melihat ulang apakah akan ada perbaikan konsumsi masyarakat dalam beberapa bulan ke depan akan mengalami kenaikan atau justru mengalami penurunan.

Selain itu, Eddy menuturkan, niat pemerintah memasukan dana penerimaan negara dari skema pengampunan pajak yang rancangan undang-undang (RUU) nya belum selesai dianggap tidak tepat.

Ia mengatakan, asumsi dana penerimaan negara dari tax amnesty sebesar Rp 165 triliun untuk masuk dalam RAPBN perubahan juga dianggap belum tepat. Menurut dia nilai yang bisa diambil melalui skema pengampunan pajak belum tentu jumlahnya.

Apalagi besaran persentase untuk skema ini juga belum diketahui karena masih dalam pembahasan.

"Kalau mau untuk RAPBN perubahan jika ingin memasukan Tax Amnesty, pemerintah bisa membuat dua anggaran di RAPBN perubahan. Satu dengan memggunakan skema Tax Amnesty dan satu dengan skema Tax Amnesty belum berjalan optimal," ujar Eddy.

Pencantuman dana pengampunan pajak dalam RAPBN perubahan juga disinggung Melchias Markus Mekeng. Anggota Komisi IX dari fraksi mengatakan walaupun tax amnesty ini berjalan pemerintah belum pasti dapat penerimaan sebesar Rp 165 triliun.

Apalagi pemerintah belum tahu berapa banyak wajib pajak (WP) yang akan melakukan deklarasi beserta jumlahnya.

"Kalau uangnya masuk itu akan mudah digunakan. Yang bahaya kalau ekspetasi penerimaan itu tidak terjadi yang harus diperhatikan," ucap Melchias.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini pemerintah tengah berupaya keras untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi. Salah satu upaya pemerintah antara lain meningkatkan konsumsi rumah tangga agar bisa menopang pertumbuhan ekonomi.

Menurut Bambang, pemerintah masih targetkan pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 5,3 persen. Ini masih akan didorong oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang ditargetkan sebesar 5,1 persen tahun ini.

Kompas TV Pertumbuhan Ekonomi 2014 Paling Oke?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com