KOMPAS.com – Di tengah pemulihan ekonomi global yang berjalan lebih lambat daripada perkiraan, investasi juga harus makin jeli. Terlebih lagi bila investasi direncanakan untuk jangka panjang.
Pertama, tentukan dulu tujuan dari investasi yang hendak dilakukan. Pastikan, investasi bertujuan meraup sebanyak mungkin keuntungan ataukah untuk mempertahankan nilai aset pada masa mendatang.
Pilihan antara saham atau logam mulia merupakan contoh paling gamblang tentang pilihan dari investasi jangka panjang ini.
Investasi emas, misalnya, tak akan terbebas dari fluktuasi harga. Namun, nilai emas pada dasarnya tidak susut.
Emas adalah pilihan investasi untuk mempertahankan nilai aset, terutama menghadapi risiko inflasi. Barang yang bisa didapatkan dari nilai 1 gram emas pada saat ini tak akan jauh berbeda dengan yang bakal didapat di masa mendatang.
Terlebih lagi, dinamika perekonomian global sedang menjadi "angin" bagi "layar" investasi saham. Hal ini terkait dengan rencana lanjutan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga acuan.
Rencana The Fed itu merupakan magnet kuat bagi saham sektor keuangan mendulang peluang keuntungan. Namun, bukan berarti saham sektor lain tak menantang. Bahkan, industri tambang yang sedang surut, terutama karena anjloknya harga komoditas, masih bisa jadi pilihan.
Kunci penentuan pilihan saham sektor ini ada pada komoditas apa yang digarap penerbit saham. Lihat pula peluang dan rencana pengembangan perusahaan ke depan.
Soal inovasi
Saham PT Antam (Persero) Tbk, misalnya, masih memberikan prospek cerah. Setidaknya bila merujuk pada langkah strategis dan kinerja perusahaan ini.
Di antara produk Antam—sebutan familiar untuk perusahaan ini—adalah emas batangan dan nikel. Emas batangan tetap menjadi daya tarik bagi investor yang berniat mengamankan nilai aset dan memenuhi kebutuhan industri untuk produk konsumer.
Adapun nikel merupakan salah satu logam yang dibutuhkan banyak industri lain—seperti otomotif, perumahan, dan transportasi—untuk menghasilkan produk akhir. Salah satu produk akhir yang butuh pasokan tetap nikel adalah stainless steel.
Diversifikasi usaha menjadi langkah Antam merespons dinamika perekonomian hari ini. Selain memastikan pasokan bahan baku, ragam usaha lain juga dikembangkan, termasuk unit yang menangani pemurnian bahan tambang (smelter).
"Kami terus mengejar penyelesaian smelter. Kami sebelumnya memiliki lima proyek, satu sudah berjalan, satu lagi segera rampung, lalu yang tiga lagi dikejar untuk selesai dalam 2-3 tahun lagi," ujar Direktur Utama PT Antam (Persero) Tbk, Tedy Badrujaman, Rabu (3/8/2016).
Salah satu smelter itu akan mengolah hasil penambangan PT Freeport Indonesia. Dari sana, akan didapatkan kandungan emas yang dapat dimanfaatkan Antam untuk usahanya.