Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Teddy Oetomo

Head of Intermediary PT Schroder Investment Management Indonesia 

Rasio Utang LN, Posisi Perbankan dan Pentingnya Kebijakan Moneter yang Kokoh

Kompas.com - 27/08/2016, 07:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Jadi sekali lagi kami tegaskan, memang diakui bahwa rasio utang berlebih sangatlah berbahaya. Namun rasio utang yang terlalu rendah juga akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, diperlukan kemampuan mengelola utang dengan baik guna menyeimbangkan pertumbuhan dengan risiko.

Nah, jIka rasio utang Indonesia terhadap PDB merupakan salah satu yang terendah di kawasan ini, hal yang sama ternyata juga berlaku untuk rasio deposit terhadap PDB.

Rasio deposit dihitung dengan membandingkan dana pihak ketiga perbankan dengan PDB. Artinya, rasio utang Indonesia yang relatif rendah kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya ketersediaan likuiditas.

Hemat kami, upaya untuk meningkatkan rasio utang tanpa meningkatkan ketersediaan likuiditas terlebih dahulu dapat menyebabkan bahaya dan mengganggu stabilitas perbankan Indonesia.

Selain itu, meningkatkan rasio utang dengan merendahkan suku bunga pinjaman, apabila dilakukan berlebih, akan memiliki dampak negatif terhadap stabilitas sistem perbankan.

Penurunan bunga pinjaman berlebih memaksa perbankan untuk menurunkan bunga simpanan (deposit rate). Dampaknya. penurunan bunga simpanan akan memangkas minat pemilik dana yang kemudian dapat berimbas pada kondisi likuiditas perbankan.

Dapat terlihat dengan cepat bagaimana penurunan bunga pinjaman berlebih akan meningkatkan permintaan terhadap pinjaman, menguras likuiditas perbankan.

Di saat yang sama, untuk menghadapi bunga pinjaman yang lebih rendah, perbankan akan menurunkan bunga simpanan, yang menurunkan alur masuk likuiditas ke perbankan.

Skenario ini dengan cepat menggambarkan risiko pengetatan likuiditas yang dapat berakibat negatif terhadap stabilitas sistem perbankan.

Kondisi saat inilah yang dihadapi oleh sektor perbankan Indonesia agak berbeda dibandingkan dengan satu dekade lalu.

Sebagai buntut dari Krisis Keuangan Asia di 1998, rasio utang Indonesia terhadap PDB turun secara signifikan.

Selama periode tersebut, rasio pinjaman terhadap simpanan juga menurun, yang menyebabkan bank-bank memiliki likuiditas yang berlebih.

Kelebihan likuiditas antara 2002-2012 memungkinkan sektor perbankan untuk mencapai pertumbuhan kredit yang tinggi tanpa kebutuhan untuk menambah likuiditas secara signifikan.

Namun, dengan rasio pinjaman terhadap tabungan di sistem perbankan yang saat ini sudah mendekati 100 persen, kelebihan likuiditas tersebut tidak lagi tersedia.

Tantangan selanjutnya yang dihadapi oleh sistem perbankan Indonesia adalah jumlah bank yang besar, dimana Indonesia saat ini memiliki hampir 120 bank.

Dengan likuiditas yang terbatas dan dengan jumlah bank yang banyak, bank-bank berebut likuiditas dengan menawarkan suku bunga yang tinggi.

Masalah ini diperburuk oleh segmentasi likuiditas di perbankan, dimana bank-bank besar memiliki ekses dana yang besar.

Mengingat kondisi tersebut, kami percaya bahwa sangatlah penting bagi regulator untuk lebih berhati-hati dan memastikan kecukupan likuiditas di sistem perbankan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com