Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Menteri Susi dan Perlawanannya

Kompas.com - 21/09/2016, 07:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Pada akhir tahun 2015, produk domestik bruto (PDB) sektor perikanan mencapai Rp 267,75 triliun, meningkat 8,4 persen dibandingkan tahun 2014 yang senilai Rp 247 triliun.

Petumbuhan PDB perikanan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan PDB nasional yang sebesar 4,79 persen. Pertumbuhan PDB sektor perikanan tahun 2015 merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Tumbuhnya sektor perikanan juga terindikasi dari meningkatnya kesejahteraan nelayan. Nilai tukar nelayan, sebagai indikator kesejahteraan nelayan, mencapai 108,89 pada Juli 2016 berdasarkan data BPS.

Angka nilai tukar nelayan terus meningkat sejak tahun 2014. Nelayan makin sejahtera jika nilai tukarnya semakin besar.

Kontribusi sektor perikanan terhadap penerimaan negara juga mulai meningkat. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor perikanan per Agustus 2016 mencapai Rp 279,74 miliar.

Angka ini meningkat signifikan dibandingkan keseluruhan tahun 2015 yang hanya sekitar Rp 140 miliar.

Meningkatnya potensi perikanan Indonesia  membuat investor baik asing maupun domestik semakin tertarik menanamkan modalnya di sektor perikanan Indonesia.

Buktinya, realisasi investasi sektor kelautan dan perikanan pada triwulan II 2016 mencapai Rp 5,56 triliun, meningkat 65,71 persen  dibandingkan realisasi investasi pada triwulan I 2016.

Besarnya pasokan ikan dan tumbuhnya industri-industri pengolahan baru akhirnya mendorong volume ekspor perikanan Indonesia selama semester I 2016 naik 7,34 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Di sisi lain, impor sektor perikanan terus menurun. Nilai impor hasil perikanan pada 2015 sebesar 370,2 juta dollar AS, atau hanya 9,3 persen dari nilai ekspor produk perikanan yang sebesar 3,94 miliar dollar AS. Meningkatnya pasokan ikan di dalam negeri juga turut andil mengurangi impor tepung ikan dari negara lain.

Ekspor tuna, tongkol, cakalang Indonesia pada periode Januari – september 2015 tumbuh 25,19 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.

Sementara, negara eksportir besar seperti Thailand dan Filipina malah tumbuh negatif. Alasannya jelas, sejak kebijakan IIU fishing diberlakukan, oleh Menteri Susi, pasokan ikan curian ke Thailand dan Filipina menurun drastis.

Dok Presentasi Menteri Susi Pertumbuhan Ekspor Tuna, Tongkol, Cakalang ke AS

“Jadi, tidak benar jika dikatakan potensi perikanan kita tidak bisa dimanfaatkan. Sekarang, seluruh tangkapan di laut dihasilkan oleh nelayan dan kapal bangsa sendiri. Kita harus mandiri karena kita adalah bangsa bahari. Masak bangsa pelaut seperti kita tidak bisa menangkap ikan? Masuknya asing hanya akan menghambat kita untuk mandiri dan perlahan-lahan akan kembali menginjak-injak kedaulatan kita di laut,” kata ibu tiga anak ini.

Menteri nyentrik ini juga membantah bawah kapal-kapal nasional belum bisa menggantikan kapal-kapal eks asing yang telah dilarang beroperasi.

Pada akhir 2014, terdapat 643.100 unit perahu atau kapal perikanan. Rinciannya, 41 persen merupakan perahu motor tempel, 27 persen perahu tanpa motor, dan 32 persen kapal motor.

Nah, kapal eks asing masuk dalam golongan kapal motor (KM) berukuran di atas 30 GT. Dari total kapal motor perikanan di Indonesia, jumlah kapal motor eks asing tidak sampai satu persennya.

“Ketiadaan kapal-kapal eks asing itu justru bagus karena pasarnya bisa diambil kapal nasional. Jangan salah lho, banyak kapal nasional yang besar-besar juga," kata tokoh yang mengenyam pendidikan formal hanya sampai kelas II SMA itu.

Menurut Susi, sudah berpuluh-puluh tahun asing diberi izin untuk berinvestasi di sektor perikanan tangkap.

Namun, faktanya tak ada manfaat signifikan yang diperoleh negara. Yang ada, perairan Indonesia hancur akibat over fishing dan pencurian ikan.

Pihak asing tentu saja tidak mau bangsa Indonesia maju dan mampu mengelola sendiri sumber daya lautnya.

Tahu apa sebabnya? Karena asing mengetahui kekayaan laut kita sangat besar. Jika kita mampu mengelola sendiri laut kita, maka kita akan menjadi negara besar. Itulah yang ditakutkan asing.

 

Kompas TV Sosok Menteri Susi â?? Satu Meja Eps 128 Bagian 4
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com