Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk Abon Jamur Kian Menjamur

Kompas.com - 05/02/2017, 12:58 WIB

Kusni merasakan usaha abon jamur yang ia tekuni banyak peminatnya, karena penjualannya terus tumbuh. Tak ayal ia yakin prospek usaha abon jamur bagus. “Abon jamur best seller, karena banyak dicari konsumen yang tak suka makan ikan atau daging,” imbuhnya.

Hal senada diutarakan Aris C., produsen abon jamur merek Jamurku. Aris bersama kelompok pembudidaya jamur di Temanggung dan Magelang, Jawa Tengah. “Produksi kami masih terbatas meskipun permintaan terus bertambah,” katanya.

Keterbatasan produksi ini lantaran Aris belum memiliki mesin penggiling jamur. Akibatnya produksi belum stabil. “Produksi kami menyesuaikan permintaan,” ucapnya tanpa memerinci berapa kemampuan volume produksinya.

Pun demikian Aris mengklaim, sejak tahun lalu telah memproduksi abon jamur premium. Produk ini memiliki kemasan lebih mewah karena untuk menyasar pasar menengah atas dengan harga per kemasan mencapai Rp 115.000.

Di segmen bawah, ia memang membuat abon murah, yang ia kemas dalam kaleng, stoples dan plastik dengan harga jual mulai Rp 15.000 per bungkus.

Bahan baku melimpah

Menurut Ahmad, abon jamur  memiliki keunggulan harga bahan baku relatif lebih murah ketimbang abon berbahan baku daging. Selain itu, bahan baku dari produk ini mudah didapat.

Seperti kita tahu, saat ini budidaya jamur tiram sudah marak di mana-mana. Artinya tak perlu ada kekhawatiran kurang pasokan bahan baku.

Melimpahnya bahan baku ini juga yang membuat Ahmad mengawali bisnis olahan jamur tiram. Ia menceritakan beberapa tahun silam saudaranya kesulitan menjual jamur tiram hasil budidaya. Padahal jamur ini tidak tahan lama.

Melihat kondisi tersebut, Ahmad coba-coba mengolah jamur tiram menjadi makanan yang tahan lama. Dari beberapa kali percobaan dan pertimbangan, akhirnya pada 2010 dia memutuskan untuk membuat bisnis abon jamur.

Sejatinya ide membuat abon jamur berasal dari sang ibu, Rahlani, yang menyarankan agar jamur digiling. Ternyata setelah abon digiling terlihat sangat berserat.

“Karena itu juga mengapa merek abon Ailani, yang merupakan singkatan Abon Ibu Rahlani. Nama ini, kata Ahmad adalah sebagai penghormatan kepada ibundanya yang memberikan ide. Dan kini jamur tiram yang semula tidak bernilai, mulai memiliki nilai ekonomis tinggi.

Ahmad memulai bisnisnya dengan modal Rp 10 juta. kapasitas produksi pada awal hanya  mampu menghasilkan 6 kg–10 kg abon jamur per hari. “Abon jamur ini unik karena belum pernah ada sebelumnya dan kami yang pertama,” klaimnya.

Kini, Ahmad mempekerjakan delapan karyawan untuk memproduksi abon jamur sebanyak 40 kg–60 kg per hari. Ailani Food memiliki delapan varian abon jamur yakni original, pedas, balado, barbeque, keju, jagung bakar, vegan original dan vegan pedas.

Untuk harga, mereka memberikan banderol Rp 22.000 per bungkus. Mengenai wilayah pemasaran, produk abon jamur Ailani Food tersebar di Pulau Jawa, Bali, beberapa kota di Pulau  Sumatra dan Kalimantan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com