Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

BI Akan Menaikkan Atau Mempertahankan Suku Bunga?

Kompas.com - 15/03/2017, 07:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Untuk mendorong perekonomian, sepanjang 2016, BI pun secara bertahap menurunkan suku bunga acuan. Sejak diberlakukannya suku bunga acuan BI 7-day repo rate pada April 2016, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 3 kali masing-masing 25 basis poin (bps) dari  5,5 persen menjadi 4,75 persen.

Namun, tren penurunan BI 7-day repo rate tampaknya harus berhenti. Sebab, sejak Januari 2017, inflasi mulai merangkak naik.

Inflasi inti, yang mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar mulai merangkak naik sejak Januari 2017, mencapai 3,35 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Pada Februari 2017, inflasi inti yoy terus meningkat menjadi 3,41 persen. Kondisi ini menunjukkan daya beli masyarakat mulai menguat, perekonomian mulai menghangat.

Seiring itu, inflasi umum atau inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) juga meningkat dari 3,49 persen pada Januari 2017 (yoy) menjadi 3,83 persen pada Februari 2017 (yoy). Ini berarti, inflasi sudah hampir mendekati titik tengah target inflasi 2017 yakni 4 persen.

Selain didorong oleh inflasi inti, inflasi IHK juga dipicu oleh meningkatnya administered prices atau harga-harga yang diatur pemerintah. Inflasi kelompok ini terutama didorong oleh kenaikan tarif listrik untuk pelanggan pasca bayar daya 900 VA nonsubsidi, biaya pengurusan STNK, harga bensin, dan harga rokok.

Melihat perkembangan inflasi tersebut, BI sepertinya berada dalam kecenderungan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5 persen.

Apalagi saat ini, suku bunga riil yakni selisih antara suku bunga acuan dan inflasi inti hanya 134 bps, yang berarti sudah di bawah credit default swap (CDS) Indonesia yang sebesar 150 bps.

Jika BI tetap mempertahankan BI 7-day repo rate di level 4,75 persen, maka inflasi yoy pada bulan-bulan mendatang bisa melampaui 4 persen sehingga makin susah untuk dikembalikan ke koridor target.

Apalagi, harga bahan bakar berpotensi untuk terus meningkat seiring kenaikan harga minyak dunia. Selain itu, laju perekonomian Indonesia diprediksi semakin cepat, dipicu oleh naiknya harga-harga komoditas ekspor andalan Indonesia.

The Fed

Peluang kenaikan suku bunga acuan makin terbuka karena The Fed diperkirakan akan menaikkan target FFR sebesar 25 bps dari 0,5-0,7 persen menjadi 0,75-1 persen.

Hal itu dilakukan The Fed karena kondisi perekonomian AS terus membaik, tingkat  pengangguran menurun, dan upah mulai meningkat. Terlebih lagi, pada Januari 2017, inflasi yoy AS sudah mencapai 1,9 persen, hampir mendekati target inflasi 2017 sebesar 2 persen.

Jika Fed Funds Rate naik 25 bps dan BI 7-day repo rate, tetap maka selisih keduanya berkurang dari 400 bp menjadi 375 bp. Selisih ini dianggap kurang menarik oleh investor karena dengan memperhitungkan risiko, perbedaan suku bunga di Indonesia dan AS seharusnya berkisar 400 - 500 bps.

Namun, sebelum mengambil pilihan menaikkan suku bunga, BI harus benar-benar cermat menghitung potensi-potensi masalah ke depan. Salah satunya adalah kredit perbankan.

Halaman:


Terkini Lainnya

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com