Namun apakah keberhasilan diet berhenti di tahap literasi saja? Berapa banyak orang yang tahu mengenai kandungan kesehatan, tetapi tetap gagal mengubah perilaku makannya, dan akhirnya gagal dalam diet? Oleh karena itu, tahap selanjutnya untuk edukasi kepada masyarakat adalah program yang konsisten dan dukungan dari komunitas.
Pertama, program yang konsisten. Di dunia kesehatan berkembang berbagai jenis diet (no-carb, paleo, Atkins, dan lainnya). Ada juga program yang secara otomatis mengantarkan makan siang dan makan malam ke rumah atau kantor dengan kalori yang terukur.
Di sinilah fintech dapat berperan. Sebagai contoh Qapital, suatu aplikasi yang ‘memaksa’ seseorang untuk menabung karena secara otomatis mendebet saldo tabungan ke rekening khusus yang dibuat untuk mencapai suatu tujuan. Jadi seseorang bisa membuka rekening khusus untuk membeli mobil, rumah, atau barang-barang lain.
Di Indonesia hal ini sudah mulai dilakukan secara terbatas. Namun, saat ini belum optimal karena belum ada standar yang memungkinkan pihak ketiga (start-up) melakukan auto-debet saldo seorang nasabah bank. Kalaupun ada, masih terbatas pada program internal bank, atau kartu kredit.
Kedua, dukungan komunitas. Sebaik apapun program yang dikembangkan, tanpa ada bantuan dari mentor atau dukungan lingkungan terdekat, maka besar kemungkinan tujuan kita gagal. Program diet lebih bertahan apabila dilakukan bersama teman.
Pergi ke pusat kebugaran lebih menarik jika disemangati kolega. Memiliki sistem dukungan komunitas merupakan elemen yang sangat penting, namun acapkali terlupakan, di dalam pengambilan keputusan-keputusan finansial.
Kembali ke cerita Ibu Evi dan Ibu Ani, disinilah terjadi kolaborasi antara teknologi dengan seorang pemimpin komunitas. Ibu Evi bukan orang terkaya di desanya ataupun kepala desa. Namun ia terkenal sebagai sosok keibuan yang selalu membantu tetangganya.
Dengan menggunakan aplikasi mobile Mapan, Ibu Evi dapat membantu Ibu Ani dan anggota komunitasnya untuk membuat suatu rencana pembelian produk.
Misalnya, anggota komunitas sepakat untuk membeli rice cooker untuk Ibu Ani. Aplikasi akan membantu mereka menentukan jumlah setoran, jadwal pembayaran, dan mengatur angsuran pembayaran dari masing-masing anggota.
Suatu hari, rice cooker pesanan Ibu Ani pun tiba. Dalam waktu dua bulan, Ibu Ani berhasil membayar kembali pinjaman pembelian rice cooker kepada Ibu Evi. Bahkan Ibu Ani berani bersiap menjadi Ketua Komunitas Mapan.
Dari cerita di atas, sebaiknya jangan pernah meremehkan kekuatan komunitas dalam mengubah perilaku hidup kita. Demikian pula untuk fintech.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.