Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekan Tangkapan Alam, KKP Galakkan Budidaya Kerang Mutiara

Kompas.com - 15/03/2017, 22:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia merupakan penghasil mutiara terbaik di dunia. Sayangnya, untuk mendapatkan mutiara, banyak pihak berlomba-lomba berburu kerang mutiara alam di laut sehingga species tersebut semakin langka dan ekosistem laut menjadi rusak.

Padahal, kerang mutiara merupakan komoditas yang dapat dibudidayakan dengan mudah dan murah. Apalagi, potensi area budidaya laut di Indonesia masih sangat besar mencapai sekitar 17,91 juta ha.

Atas dasar itulah, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kini semakin gencar mendorong masyarakat pesisir untuk berbudidaya kerang mutiara.

“Dengan berbudidaya kerang mutiara, penghasilan masyarakat akan lebih terjamin karena usaha budidaya sifatnya berkelanjutan. Dampaknya, taraf hidup masyarakat pesisir akan terus meningkat,” kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto saat membuka pameran dan talkshow “Kilau Mutiara & Pesona Biota Laut Indonesia” di Grand Indonesia, Jakarta Rabu (15/3/2017).

Slamet menjelaskan, untuk mendorong masyarakat berbudidaya kerang mutiara secara berkelanjutan, pihaknya melakukan sejumlah strategi.

Pertama, melakukan pemetaan zonasi. Dengan pemetaan ini, KKP akan mendapatkan lokasi-lokasi yang potensial dan aman untuk dilakukan budidaya kerang mutiara. Saat ini, budidaya kerang mutiara hanya terdapat di Papua Barat, Maluku, Bali dan NTB. Ke depan diharapkan budidaya kerang mutiara dapat berkembang ke wilayah lainnya.

Kedua, KKP akan terus melakukan riset dan rekayasa genetik untuk menghasilkan induk dan benih kerang yang berkualitas tinggi. Kegiatan ini akan difokuskan di  Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karangasem - Bali dan Lombok.

Ketiga, mengenalkan pola segmentasi budidaya kerang mutiara kepada masyarakat. Jadi, masyarakat pesisir tidak harus memelihara kerang dari benih hingga menghasilkan mutiara. Sebab, pola itu membutuhkan waktu lama sehingga tidak menarik bagi masyarakat.

“Dengan pola segmentasi, masyarakat cukup membudidayakan benih kerang sampai berukuran 7 -10 cm. Selanjutnya, masyarakat bisa menjualnya kepada perusahaan pembesaran kerang mutiara,” lanjut Slamet.

Menurut Slamet, segmentasi usaha budidaya kerang mutiara bisa mengurai eksklusifitas perusahaan budidaya mutiara, mengurangi kesenjangan, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam beberapa kesempatan juga menekankan, budidaya kerang  mutiara harus digalakkan agar masyarakat tidak terus menerus menangkap kerang mutiara dari alam.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Mutiara Laut Indonesia Nunik Anurningsih mengatakan, sangat penting bagi masyarakat untuk menjaga kelestrarian ekosistem laut.

 “Wanita Indonesia dapat tampil anggun dengan mutiara laut sambil membela negeri dengan mencintai produk negeri sendiri. Penangkapan mutiara alam atau natural pearls harus dihentikan, karena sebagian besar kerang yang diburu merupakan jenis kerang yang dilindungi,” ujar Nunik.

Hal senada juga disampaikan Deputy Director Coral Triangle WWF Veda Santiadji.

“Mutiara yang dihasilkan di Indonesia adalah mutiara terbaik di dunia yang harus dijaga kelestariannya. Ketika seluruh stakeholder di bidang kerang mutiara bersinergi, diharapkan tidak ada lagi ketergantungan pada tangkapan alam sehingga perikanan budidaya yang mandiri dan berkelanjutan dapat terwujud,” pungkas Slamet.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Peringati Hari Buruh 2024, PT GNI Berikan Penghargaan Kepada Karyawan hingga Adakan Pertunjukan Seni

Whats New
Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Kemenperin Harap Produsen Kembali Perkuat Pabrik Sepatu Bata

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

IHSG Naik Tipis, Rupiah Menguat ke Level Rp 16.026

Whats New
Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Warung Madura: Branding Lokal yang Kuat, Bukan Sekadar Etnisitas

Whats New
Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Ini Tiga Upaya Pengembangan Biomassa untuk Co-firing PLTU

Whats New
Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Strategi untuk Meningkatkan Keamanan Siber di Industri E-commerce

Whats New
Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Permendag Direvisi, Mendag Zulhas Sebut Tak Ada Masalah Lagi dengan Barang TKI

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Kemenperin Bakal Panggil Manajemen

Whats New
Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Capai 12,5 Persen, Pertumbuhan Ekonomi Dua Wilayah Ini Tertinggi di Indonesia

Whats New
Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com