Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukuk Ritel SR-009 Kurang Diminati Investor, Kenapa?

Kompas.com - 20/03/2017, 21:00 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah hanya mampu menjual Sukuk Negara Ritel (Sukri) seri SR-009 senilai Rp 14,03 triliun, atau sekitar 70,15 persen dari target indikatif sebesar Rp 20 triliun.

Dikutip dari website djppr.kemenkeu.go.id, pada Senin (20/3/2017) penjualan Sukri SR-009 menjangkau 29.838 investor di seluruh provinsi di Indonesia.

Jumlah investor terbesar berada pada kisaran pembelian Rp 5 juta hingga Rp 100 juta (42,4 persen), disusul kisaran Rp 100 juta hingga Rp 500 juta (36,96 persen).

Tak jauh berbeda dari penjualan sebelumnya, jumlah investor terbesar berdasarkan wilayah berasal dari Indonesia bagian barat (tidak termasuk DKI Jakarta) mencapai 58,03 persen.

Sedangkan investor dari DKI Jakarta sendiri porsinya mencapai 34,12 persen dari total investor.

Sukri SR-009 ini ditawarkan dengan imbal hasil 6,9 persen per tahun (fixed rate), dengan pembayaran imbalan tanggal 10 setiap bulan, dan pembayaran pertama pada tanggal 10 April 2017.

Adapun tanggal jatuh tempo pada 10 Maret 2020. Sukri SR-009 dapat diperdagangkan di pasar sekunder mulai tanggal 10 April 2017.

Sementara itu, akad surat utang ini yakni Ijarah Asset to be Leased, dan dengan underlying asset-nya adalah proyek atau kegiatan APBN 2017 dan barang milik negara.

Jika dibandingkan dengan penjualan seri sebelumnya, kinerja Sukri SR-009 kali ini boleh dibilang jeblok.

Bandingkan dengan seri SR-008, waktu itu pemerintah bisa menjual sampai Rp 31,5 triliun atau Rp 1,5 triliun lebih tinggi dari target indikatifnya.

Akan tetapi pada saat itu, kupon imbal hasil yang ditawarkan memang cukup tinggi mencapai 8,3 persen. Agen penjualnya pun lebih banyak yaitu 26 agen, dibandingkan Sukri SR-009 yang hanya 22 agen.

Tetapi dibandingkan dengan Sukri seri SR-005 yang kuponnya tak terlalu jauh berbeda yaitu 6 persen, hasil penjualan Sukri SR-009 kali ini juga lebih rendah.

Sukri seri SR-005 terjual Rp 14,97 triliun hanya sedikit meleset di bawah target indikatif Rp 15 triliun. Saat itu, jumlah investor pembeli pun lebih sedikit yaitu 17.783 orang dibandingkan pembeli Sukri SR-009 yang mencapai 29.838 orang.

(Baca: Lewat Instagram, Sri Mulyani Ajak Masyarakat Beli Sukuk Ritel)

Rendah

Menurut Head of Macroeconomic and Financial Market Research PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Andry Asmoro, kurang diminatinya Sukri SR-009 kemungkinan besar dikarenakan kupon imbal hasilnya yang rendah.

"Saya rasa lebih karena kuponnya yang rendah menurut investor," kata Andry kepada Kompas.com, Senin.

Selain itu, sambung Andry, jika dibandingkan dengan Sukri seri SR-005, ia menilai ketika Sukri SR-005 diterbitkan, pasar memiliki ekspektasi suku bunga akan turun.

"Hal yang sebaliknya untuk Sukri seri SR-009 kali ini. Ekspektasi investor tahun ini adalah bunga akan naik," kata Andry.

Kompas TV Pemerintah akan menerbitkan sukuk ritel alias surat utang ritel syariah 4 Februari ini sampai 2 Maret mendatang. Investasi mana yang lebih menarik, sukuk ritel ataukah reksadana? Sudah ada perencana keuangan prita ghozie untuk membahasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com