Berawal pada tiga tahun lalu, ketika kami berkunjung ke komunitas di Bogor, berdialog dengan penduduk di sana. Saat itu kami di tengah pengembangan model bisnis yang tepat untuk meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat. Kami mencari tahu bagaimana masyarakat setempat mengatur keuangannya dan mengapa mereka tidak tertarik berhubungan dengan bank.
Mayoritas penduduk menjelaskan bahwa mereka menabung setiap satu atau dua hari sebesar Rp 10.000-Rp 20.000 melalui seorang Bapak yang rutin mengumpulkan tabungan warga. Tujuan mereka menabung umumnya adalah untuk menyambut Hari Raya Lebaran. Masyarakat tersebut tidak menabung di bank, karena dibutuhkan biaya untuk pergi ke bank.
Jika sebelum Lebaran mereka berhasil menabung sebanyak Rp 1.000.000, mereka berhak atas penarikan tabungan senilai Rp 900.000. Mengapa hanya Rp 900.000? Karena selisih nilainya dikompensasikan sebagai biaya transport sang kolektor tabungan.
Nasabah tidak mendapatkan kembali nilai tabungannya secara utuh, apalagi disertai bunga. Warga paham akan manfaat menabung di bank, namun model menabung seperti di ataslah yang sementara menjadi solusi terbaik di lingkungan mereka.
Hal menarik lainnya adalah cara mereka meminjam uang, yang diperoleh dari Bapak yang sama. Meminjam dana Rp 500.000 berarti hanya menerima sebesar Rp 450.000, yang diangsur Rp 20.000 setiap hari selama 30 hari. Ini berarti mereka membayar bunga pinjaman sebesar Rp 150.000 untuk pinjaman Rp 450.000, yang setara dengan 30 persen bunga flat sebulan.
Laku Pandai : Bank Tanpa Kantor
Fenomena di atas terus berlangsung karena minimnya akses masyarakat terhadap layanan keuangan formal dan hal ini terjadi pada sebagian besar masyarakat Indonesia. Data World Bank Global Findex 2014 menyebutkan, 64 persen warga Indonesia (sekitar 80 juta orang) yang berusia lebih dari 15 tahun tidak memiliki rekening bank.
Mereka adalah petani, nelayan, pedagang mikro, buruh, pekerja informal, pelajar dan ibu rumah tangga. Sebaran geografis mereka; 60 persen di Jawa & Bali, 18 persen di Sumatera dan sisanya tersebar di berbagai pulau lainnya.
Untuk memudahkan masyarakat mengakses layanan keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggulirkan program Layanan Keuangan Tanpa kantor Dalam Rangka Inklusi Keuangan (Laku Pandai) pada November 2014.
Agen Laku Pandai dapat berfungsi layaknya perwakilan bank - mereka dapat membuka rekening untuk nasabah, menerima setoran dan melayani tarik tunai, di samping menerima aplikasi pinjaman dan asuransi. Intinya, masyarakat bisa mengakses layanan perbankan tanpa harus datang ke bank. Mereka cukup mendatangi agen yang notabene tetangganya sendiri.
Laku Pandai Lewat Sinergi Bank dan Fintech
Meski riset menunjukkan tingkat penetrasi ponsel di Indonesia telah mencapai 92 persen, penetrasi smartphone baru mencapai 53 persen. Tingkat konektivitas broadband (akses internet) adalah sebesar 65 persen, sehingga tidak semua pemilik smartphone dapat mengakses internet.
Dari lebih 60.000 desa, hanya 31 persen yang memiliki sinyal selular yang kuat (data 2013). Kesimpulannya, masyarakat yang memiliki smartphone dan memiliki konektivitas broadband belum tentu dapat mengakses internet.
Fakta di atas menunjukkan bahwa solusi inklusi keuangan selayaknya memenuhi dua kriteria penting; pertama, dapat diakses dengan mudah - tidak saja melalui smartphone tetapi juga melalui ponsel biasa; kedua, dapat diakses dari mana saja, termasuk di area dengan sinyal selular sangat lemah.
Bank memiliki kesempatan besar untuk melahirkan inovasi terkait hal tersebut, namun sebagai industri yang diregulasi secara ketat, perbankan menghadapi tantangan untuk dapat melakukan terobosan secara lincah. Sebaliknya, hal tersebut dapat dijawab oleh teknologi finansial (tekfin) yang mampu memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat melalui layanan yang mudah, cepat dan murah.
Salah satu contoh sinergi bank-tekfin adalah BTPN Wow! - layanan perbankan yang memanfaatkan teknologi telepon genggam dan dukungan jaringan agen. Untuk menjangkau masyarakat luas, termasuk segmen menengah-bawah, bank menyiapkan infrastuktur teknologi khusus yang telah memenuhi standar keamanan.
Nasabah dapat mengakses rekening tabungannya melalui nomor ponsel terdaftar (layaknya kartu ATM), dan personal identification number (PIN) yang setiap saat dapat diganti oleh nasabah untuk menjaga kerahasiaan.
Setiap transaksi selalu diikuti notifikasi Short Message Service (SMS) secara instan, sehingga nasabah atau agen segera mengetahui kebenaran transaksinya. Nasabah dapat mengisi ulang pulsa telpon, membayar tagihan listrik dan air, membeli tiket kereta api, dan sebagainya. Saat ini fitur peminjaman dana pun sedang dikembangkan.
BTPN Wow! bekerja sama dengan beberapa perusahaan tekfin untuk memberi lebih banyak opsi layanan sesuai kebutuhan nasabah.
Lewat Kudo, sebuah start-up e-commerce aggregator, agen Laku Pandai dapat menjual berbagai barang secara online, mulai dari nasi gudeg sampai lemari es, kepada pelanggannya.
Agen akan mendapatkan penghasilan tambahan dari komisi penjualan. Contoh sinergi lainnya memungkinkan agen untuk mendukung peningkatan perekonomian masyarakat melalui kegiatan di group chat, yang membuka akses terhadap informasi harga komoditas pertanian, program pelatihan dan lainnya.
Melalui sinergi, tekfin dan bank dapat menawarkan solusi bersama untuk mempercepat terwujudnya inklusi keuangan dan menjaga berkelanjutannya, dengan terus memberi manfaat bagi peningkatan perekonomian rakyat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.