Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Fajar Marta

Wartawan, Editor, Kolumnis 

Uang Tunai dan Ekonomi Lebaran

Kompas.com - 13/06/2017, 06:00 WIB
Kompas TV Secara keseluruhan, bank mandiri menyiapkan dana sekitar Rp 23 Triliun.
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorMuhammad Fajar Marta

Meningkatnya pasokan uang tunai akan mendorong daya beli masyarakat. Permintaan yang tinggi pada akhirnya akan mendorong kenaikan harga. Jadi meskipun pasokan barang, terutama bahan pangan mencukupi, harga akan tetap naik karena permintaan yang tinggi. Para produsen dan pedagang secara psikologis akan terdorong menaikkan harga barang yang mereka jual.

Kembali normal

Namun, melimpahnya pasokan uang kartal yang beredar di masyarakat tentu saja hanya terjadi selama momen puasa dan lebaran atau kurang lebih hanya 40 hari saja.

Setelah libur lebaran usai dan para pemudik sudah kembali ke rumahnya masing-masing untuk kembali menjalani rutinitas hariannya, transaksi masyarakat akan menyusut dan secara bertahap akan kembali normal.

Uang tunai Rp 167 triliun yang dipasok BI, akan kembali masuk ke sistem perbankan. Sebab, para produsen, pedagang, dan masyarakat yang masih memiliki uang tunai akan kembali menabung atau menyimpan uang tunainya ke banknya masing-masing.

Uang tunai yang terkumpul di bank kemudian akan diserap BI melalui operasi pasar terbuka (OPT) atau fasilitas deposit lainnya.

Ujungnya, jumlah uang kartal yang beredar di masyarakat akan kembali ke jumlah normal yang saat ini sekitar Rp 479 triliun.

Inflasi pada bulan setelah momen puasa dan lebaran biasanya juga akan rendah seiring kembali turunnya harga-harga yang sebelumnya naik.

Penambahan uang kartal setiap momen puasa dan lebaran sejatinya bisa dikurangi sepanjang makin banyak masyarakat yang bertransaksi secara nontunai. Namun persoalannya, penggunaan nontunai untuk bertransaksi belum begitu massif di Indonesia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com