Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebanyak 8.200 Hektar Lahan di Batam Mangkrak, Ada Apa?

Kompas.com - 05/03/2019, 19:27 WIB
Yoga Sukmana,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saat banyak petani tak memiliki lahan, segelintir pengusaha justru menguasai lahan dengan luasan yang besar. Parahnya tak semua lahan tersebut dimanfaatkan.

Di Batam, Kepulauan Riau misalnya, terdapat 8.200 hektar lahan yang terbengkalai alias mangkrak tak digunakan oleh para pengusaha pemegang konsensi. Kok bisa?

Kepala BP Batam Eddy Edy Putra Irawadi mengatakan, penyebab ribuan hektar lahan mangkrak tersebut tak lain lantaran pola investasi di masa lalu.

Baca juga: Lahan Seluas 384 Lapangan Bola Disiapkan untuk Jadi Kawasan Ekonomi Khusus

"Dulu itu orang ke Batam bawa uang, tidak perlu surat. Ditunjuk saja oleh kepala BP Batam lama," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/3/2019).

"Kedua, orang dulu ke Batam harus beli tanah. Mana ada capex (capital expenditure/belanja modal) dan opex (operational expenditure/belanja operasional)," sambung dia.

Menurut Edy, kedua hal itu punya andil besar membuat 8.200 hektar lahan mangkrak di Batam. Sebab, uang hanya habis untuk mengurus tanah dan akhirnya investasi tak dilakukan.

Baca juga: Ombudsman Minta Kementerian ATR Ungkap Data Kepemilikan Lahan

Padahal kata dia Berdasarkan UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, tanah, insentif, perizinan, imigrasi adalah insentif untuk menarik investasi.

"Kalau duit habis untuk bayar tanah, akhirnya tanah jadi warisan bukan investasi," kata dia.

Eddy yang baru dua bulan menjadi Kepala BP Batam mengatakan sedang melakukan evaluasi terkait lahan-lahan mangkrak tersebut. Lahan harus digunakan untuk investasi sehingga produktif.

Baca juga: Menko Luhut: Tak Akan Ada Lagi Kepemilikan Lahan yang Berlebihan di Era Jokowi

BP Batam siap mencarikan investor agar tanah-tanah tersebut produktif. Bila para memegang konsesi lahan itu menolak dan membiarkan lahan tetap mangkrak, Edy tak segan menarik konsesi tersebut.

"Saya lagi exercise, uji coba untuk MRO coba 5 tahun supaya dia ada modal. Duitnya tidak habis untuk tanah supaya ada capex dan opex. Ini cara pendekatan baru," ucap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com