Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Ubah Konsentrasi Pembangunan, Ini Sektor Saham yang Berpotensi Untung

Kompas.com - 23/04/2019, 07:38 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengubah konsentrasi pembangunan. Mulai 2019, fokus kerja pemerintah akan dialihkan pada perbaikan kualitas sumber daya manusia. Selama ini, Pemerintahan Jokowi berkonsentrasi pada pembangunan infrastruktur.

Perubahan fokus dilakukan karena Jokowi tidak ingin ke depan Indonesia hanya mengandalkan ekonominya dari kekayaan sumber daya alam; hutan, mineral dan batubara. Ia ingin ke depan ekonomi Indonesia bertumpu pada inovasi dan keahlian.

Head of Investment Research Invofesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, konsentrasi pemerintah ini bakal membawa keuntungan bagi emiten-emiten, terutama yang bergerak di sektor jasa.

“Kalau sumber daya manusia membaik, sebenarnya semua terbantu tapi sektor jasa yang bakal paling diuntungkan,” kata dia seperti dikutip dari Kontan.co.id, Senin (22/4/2019).

Baca juga: Jokowi Effect dan Semringahnya Pengusaha Pasca Pemllu

Emiten-emiten sektor jasa tersebut meliputi jasa keuangan, financial technology, dan kesehatan.

Sektor jasa kesehatan misalnya, sejalan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan para pekerja perusahaan. Apalagi dengan program jaminan kesehatan pemerintah yang bakal kian membaik. Hal ini diprediksi akan meningkatkan kebutuhan terhadap tenaga kesehatan di Indonesia.

Namun peningkatan keahlian ini membutuhkan waktu panjang dan agak sulit untuk mengukur pencapaian peningkatan kualitas sumber daya manusia.

“Peningkatan sumber daya manusia ini muaranya ada di perbaikan ekonomi, penurunan pengangguran, inklusi keuangan, dan seberapa besar masyarakat Indonesia yang memanfaatkan sektor jasa keuangan,” ucap dia.

Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony melihat, sektor yang paling diuntungkan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo ini adalah sektor telekomunikasi dan manufaktur yang meliputi sektor makanan dan minuman, kimia, tekstil, otomotif, dan elektronik.

Alasannya, peningkatan keahlian sejalan dengan rencana pemerintah mengedepankan revolusi industri 4.0.

“Proses di industri akan berubah menjadi sistem otomatis dengan harapan biaya produksi akan semakin murah dan produktifitas meningkat sehingga laba perusahaaan dapat meningkat,” sebut dia.

Baca juga: Memilih Saham yang Memberikan Dividen

Menurut dia, dengan revolusi industri ini, produksi di sektor manufaktur akan lebih banyak menggunakan robot. Dengan begitu, proses produksi akan lebih cepat. Oleh karena itu, harus ada pengembangan sumber daya manusia agar tidak tertinggal dengan perkembangan revolusinya.

Namun revolusi industri 4.0 membutuhkan waktu untuk persiapan. Dengan begitu, hal tersebut tidak akan serta merta mengubah kinerja emiten-emiten dalam sektor ini.

“Jadi secara satu tahun ini masih akan berpedoman pada kinerja perusahaan masih secara normal,” kata dia.

Meskipun begitu, melihat prospek cerah di sektor manufaktur, ia merekomendasikan investor untuk buy beberapa saham beberapa perusahaan. Emiten-emiten tersebut adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL).

Chris memasang target harga hingga akhir tahun sebesar Rp 9.000 untuk ASII, Rp 2.000 untuk ERAA, KLBF Rp 1.800, dan SRIL Rp 430. Senin (22/4), harga saham ASII berada pada level Rp 7.525, ERAA Rp 1.495, KLBF Rp 1. 480, dan SRIL Rp 334 per saham. (Nur Qolbi)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Joko Widodo ubah fokus pembangunan, ini sektor emiten yang berpotensi untung


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com