Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumen RI Tak Percaya Data Pribadinya Dikelola Baik oleh Layanan Digital

Kompas.com - 26/06/2019, 16:35 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mayoritas masyarakat Indonesia belum percaya data pribadi mereka akan dikelola dengan baik oleh layanan digital. Hal tersebut tercermin dari survei yang dilakukan oleh Microsoft dan IDC Asia.

Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 54 persen masyarakat Indonesia belum percaya data pribadi mereka akan dikelola dengan baik oleh layanan digital. Sementara sisanya atau 44 persen percaya data pribadi mereka dikelola dengan baik.

“Sebagian besar konsumen belum mempercayai organisasi dalam mengelola data mereka. Untuk itu, kami mendorong para pemimpin bisnis untuk lebih memahami faktor-faktor pendorong kepercayaan konsumen dan fokus bagaimana membangun kepercayaan dan menjadikannya sebagai keunggulan kompetitif utama layanan digital mereka,” ujar Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Haris Izmee di Jakarta, Rabu (26/6/2019).

Baca juga: Marak Jual Beli Data Pribadi, Ini Tindak Lanjut BRTI

Survei yang dilakukan Microsoft dan IDC ini dilakukan kepada 457 konsumen di Indonesia yang diminta untuk memberikan pendapat tentang lima elemen kepercayaan. Kelima elemen tersebut yakni, privacy, security, reliability, ethics dan compliance saat menggunakan layanan digital.

Hasilnya, konsumen merasa kelima elemen tersebut sama pentingnya saat menggunakan layanan digital. Namun, secara khusus faktor keamanan (86 persen), privasi (86 persen) dan etika (85 persen) muncul sebagai tiga elemen paling penting.

Konsumen juga memiliki harapan tertinggi terhadap lembaga jada keuangan, lembaga pendidikan dan organisasi layanan kesehatan.

Baca juga: Data Pribadi Nasabah Juga Dijual Secara Online, Jumlahnya Jutaan...

Dalam studi ini juga mengungkapkan bahwa 6 persen konsumen Indonesia memilih bertransaksi dengan penyedia layanan digital yang lebih murah meskipun kurang percaya. Namun, mayoritas atau sebesar 63 persen masyarakat Indonesia lebih memilih menggunakan layanan digital terpercaya walaupun harus mengeluarkan biaya yang lebih mahal.

“Kepercayaan menjadi faktor yang sangat penting bagi organisasi di dunia digital saat ini. Konsumen akan lebih memilih untuk bertransaksi dengan organisasi yang memiliki platform digital yang terpercaya,” tambah Head of Operations IDC Indonesia, Meivira Munindra.

Menurut Meivira, berdasarkan penelitian yang dilakukan pihaknya, konsumen akan mengambil tindakan jika mereka mengalami pengalaman negatif terkait kepercayaan.

Baca juga: Kominfo Bakal Kaji UU Khusus Pertukaran Data Pribadi untuk Fintech

Tindakan yang paling banyak diambil konsumen ketika mengalami hal tersebut, yaitu beralih ke organisasi lain, mengurangi menggunakan layanan digital tersebut dan yang terakhir berhenti menggunakan layanan digital tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com