Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di AS, Mie Instan hingga Kopi RI Berpotensi Raup Transaksi Rp 41,3 Miliar

Kompas.com - 04/07/2019, 12:23 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com -  Sebanyak tiga komoditas makanan dan minuman Indonesia mencuri perhatian pengunjung  pameran Summer Fancy Food Show (SFFS)  yang berlangsung pada 23-25 Juni 2019 lalu di Javits Convention Center, New York, Amerika Serikat (AS).

SFFS  merupakan pameran produk makanan dan minuman terbesar produk specialty food di Amerika Utara.  

Ketiga komoditas tersebut adalah mie instan pedas produksi PT ABC President Indonesia, keripik ubi ungu dari Jans Enterprises Corp, dan kopi specialty dari Javanese Coffee. 

"Dalam  pameran SFFS 2019, tiga komoditas diperkirakan membukukan  transaksi potensial hingga 2,93 juta dollar AS (setara sekira Rp 41,3 miliar)," ujar Atase Perdagangan Washington DC Reza Pahlevi dalam keterangan tertulis, Kamis (4/7/2019).

Baca juga: Pameran di Jerman, Produk Kayu Ringan Indonesia Cetak Potensi Transaksi 5,6 Juta Dollar AS

Mie instan produk PT ABC President  ternyata laris manis dan cocok bagi lidah para penyuka makanan pedas di AS. Sementara keripik ubi ungu produksi Jans  Enterprise merupakan pemenang penghargaan Specialty Outstanding Food  Innovation (SOFI) Awards 2018 kategori  makanan ringan.

Selain keripik ubi ungu, Jans Enterprises Corp juga menghadirkan aneka camilan, keripik, biskuit, wafer dan jus buah.

Selain itu, kopi specialty asal Jawa  Barat produk Javanese Coffee juga tampil  bersama produk rempah-rempah asal  Indonesia yang akan didistribusikan di pasar AS. Ketiga perusahaan tersebut  menampilkan produk-produknya di Paviliun  Indonesia yang mengusung tema "Remarkable Indonesian Food". 

Keikutsertaan Indonesia dalam pameran ini merupakan sinergi antara pelaku usaha dengan pemerintah melalui KBRI Washington DC, Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Chicago, dan ITPC Los Angeles (LA).

Baca juga: Unjuk Gigi di AS, Kopi Indonesia Bidik Transaksi 26,3 Juta Dollar AS

Reza mengatakan, pasar specialty food di AS masih sangat menjanjikan untuk produk mamin  premium Indonesia. 

"Pasar mamin specialty AS yang hampir sebesar 150 miliar dollar AS merupakan peluang besar bagi produk Indonesia,”  kata  Reza.

Pameran ini menampilkan sekitar 200.000  produk, diikuti 2.600 perusahaan, dan dikunjungi lebih dari 25.000 orang. Para  pengunjung pameran merupakan bagian dari industri mamin specialty dunia.

Specialty food merupakan produk mamin khas dengan nilai premium, diproduksi menggunakan bahan baku berkualitas seperti produk organik, artisan, bebas gluten, dan bebas rekayasa genetik.

Baca juga: Ekspor Produk Perikanan Sulsel Melonjak 602 Persen, Ini Sebabnya

Riset SFA 2019 menunjukkan nilai penjualan ritel pasar specialty food di AS tahun 2018 mencapai 148,7 miliar dollar AS dengan tingkat  pertumbuhan signifikan sebesar 9,8 persen. Nilai ini melebihi tingkat pertumbuhan jenis makanan dan minuman lainnya.

Nilai penjualan ritel urutan pertama ditempati oleh keju dengan nilai pangsa 4,1 miliar dollar AS, disusul oleh daging hewan beku dengan nilai pangsa 3,9 miliar dollar AS, serta makanan kudapan ringan seperti keripik dan camilan.

Produk nabati pengganti daging dan susu (plant-based alternative products) menempati tingkat pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 24  persen. Tingginya tingkat  pertumbuhan produk nabati pengganti daging dan susu sejalan dengan semakin besarnya minat konsumen akan produk  vegan.

Selain itu, permintaan akan produk mamin specialty terus meningkat, bahkan dengan harga premium.

Baca juga: Kisah Karyani, Go Internasional Berbekal Produk Minuman Herbal

Hal itu dikarenakan kesadaran konsumen AS  akan produk yang sehat semakin tumbuh dengan mengedepankan pelestarian lingkungan (sustainability), kisah di balik suatu produk (food story), dan pemberdayaan masyarakat. Meski kebutuhan biaya preoduksi mamin specialty relatif lebih tinggi dibandingkan produk mamin secara umum, tetapi konsumen AS rela membeli dengan harga premium. 

"Peluangnya ada, terlebih dengan memanfaatkan kesempatan dari perang dagang antara AS dan China," kata Reza.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com