Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha Plafon Ini Sukses Berbisnis setelah 27 Kali Gagal

Kompas.com - 04/08/2019, 10:10 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

Tapi, setelah dua tahun jualan produk kesehatan MLM, Andre menyetop bisnis itu. Sebab, tujuan utamanya untuk menimba ilmu marketing sudah tercapai, meski penghasilan dari bisnis tersebut cukup bagus.

Di tahun yang sama, dia juga berhenti berdagang minuman jahe gara-gara saudara berhenti produksi. Tambah lagi, ia beberapa kali kena tipu.

“Jualan minuman jahe saja saya sudah kena tipu, produk sudah saya kasih tapi enggak dibayar-bayar,” kenang dia, yang sempat kuliah ekstensi di Jurusan Ilmu Politik Universitas Diponegoro saat melakoni ketiga usaha tersebut, tapi tidak lulus.

Tak lama kemudian, ia menutup usaha pembuatan tas alat musik. Lagi-lagi, Andre kena tipu. Yang menipu adalah mitra bisnisnya.

“Semua pesanan dia yang tangani, tapi uangnya tidak pernah masuk ke saya. Tahun kedua bisnis ini jalan, saya putuskan tutup,” kata Andre yang hobi memetik gitar.

Lantaran masih punya utang ke bank, sementara semua tabungannya sudah ludes, dengan berbekal keahliannya, dia memutuskan menjadi guru privat bahasa Jepang. Yang jadi muridnya, antara lain mahasiswa yang berencana studi ke Jepang dan karyawan yang akan bekerja di Negeri Sakura.

Seiring jumlah murid yang makin banyak, Andre pun membuka tempat kursus pada 2009 dengan mengontrak sebuah rumah di dekat kampus Universitas Diponegoro, Semarang. Ia juga mempekerjakan dua pengajar. Namun, “Awal 2010 saya tutup karena muridnya semakin berkurang,” ujar dia.

Akhir 2010, Andre masuk ke bisnis kayu, bermodal uang hasil pinjaman bank dari menggadaikan aset milik orangtuanya. Ia berani terjun ke bisnis ini karena mendapat pesanan ribuan ton kayu langsung. Setelah keliling Sumatra, dia mendapat pemasok dari Jambi.

Dasar apes, Andre kena tipu lagi. Bisnis berjalan setahun, sang mitra kabur ke Thailand membawa pergi uangnya. “Kerugian mencapai Rp 4 miliar. Saya masuk ke bisnis gede, dan jeblok gede banget,” bebernya.

Sejak itu, hidupnya kacau balau. Sebab, utangnya segunung. Tiap hari, penagih utang silih berganti datang ke rumah. Maklum, ia meminjam uang dari 16 lembaga keuangan.

Belajar SEO

Berkat dorongan sang istri, Andre bangkit. Dia berjualan apa saja, mulai pakaian, makanan, hingga komputer, sambil mengajar privat bahasa Jepang. Ia juga memberi pelatihan di perusahaan jasa TKI yang mengirim pekerja ke Jepang.

Pada 2012, Andre mendapat tawaran berjualan plafon dari mentor bisnisnya. Awalnya, ia menjalani usaha ini bersama seorang mitra. Tapi akhirnya, dia memutuskan untuk jalan sendiri.

Andre jualan lewat internet dengan memanfaatkan kanal-kanal gratis, seperti media sosial Facebook dan situs jual beli OLX. Untuk itu, dia belajar soal search engine optimization (SEO), dengan ikut pelatihan dan seminar, serta baca buku.

Selama setahun merintis usaha ini, Andre benar-benar melakoninya seorang diri. “Saat ada yang pesan, saya datangi tempatnya, saya ukur, saya gambar, saya belanja barang, lalu saya pasang sendiri. Pulang ke rumah bikin invoice dan saya tagih sendiri,” bebernya.

Dapat proyek besar

Sejalan dengan order yang terus meningkat, Andre mengajukan diri menjadi distributor Shunda Plafon area Semarang. Ia pun mendatangi pemasok utama plafon yang membawahi wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. “Melihat pembelian saya yang tinggi, saya akhirnya ditunjuk jadi distributor Semarang pada 2013,” kisahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com