Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ISEI: Jaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi, RI Harus Genjot Manufaktur

Kompas.com - 29/08/2019, 08:28 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

BADUNG, KOMPAS.com - Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) memandang Indonesia memiliki peluang dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ke depan sambil menjaga stabilitas keuangan.

Namun demikian, perlu kebijakan-kebijakan yang tepat agar hal tersebut dapat tercapai. Ketua Umum ISEI sekaligus Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, salah satu kebijakan yang diperlukan adalah bagaimana mendorong sektor manufaktur.

"Banyak sektor yang bisa kita dorong, apakah otomotif, garmen, elektronik, makanan dan minuman, maupun hilirisasi sumber daya yang ada di Indonesia," kata Perry dalam konferensi pers Sidang Pleno ISEI dan call for papers Bulletin of Monetary Economics and Banking di Badung, Bali, Rabu (28/8/2019).

Perry menyatakan, peluang-peluang tersebut dapat dimanfaatkan oleh Indonesia dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Adapun saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5 persen.

Baca juga: Perkuat Daya Saing, Industri Manufaktur Harus Lakukan Banyak Terobosan

Hal lain yang dapat dilakukan Indonesia adalah mendorong pendalaman pasar keuangan lebih lanjut. Penanaman modal asing (PMA), kata dia, harus diarahkan ke pembiayaan-pembiayaan sektor-sektor yang dijadikan prioritas tersebut.

"Dalam jangka panjang, Indonesia akan semakin tahan, tidak tergantung pada arus investasi portofolio," sebut Perry.

Dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia, imbuh Perry, kebijakan-kebijakan transformasi ekonomi pun diperlukan. Beberapa di antaranya adalah upaya memperkuat daya saing ekonomi dan produktivitas.

Ini termasuk pula transformasi sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung ekonomi ke depan dan perbaikan iklim investasi.

Dengan mendorong kinerja industri pengolahan alias manufaktur, tutur Perry, maka Indonesia tidak menumpukan pertumbuhan ekonomi pada komoditas. Dengan demikian, struktur pertumbuhan ekonomi akan lebih sehat dan kuat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com