"Kami mencatat ada beberapa kabupaten di provinsi ini yang menjadi penghasil utama kacang hijau, seperti Bojonegoro, Sampang, Sumenep, dan Gresik," ujar Hadi.
Untuk kegiatan ekspor ini, pihaknya pun berharap para petani bisa mendapat harga yang layak dari pembeli atau para eksportir.
Baca juga: Perbaiki Sistem, Kementan Yakin Angka Ekspor Pertanian Terus Meningkat
Sementara itu, Kepala Balai Besar Karantina Jawa Timur M. Musyaffak Fauzi menyatakan dukungan yang sama, yakni memberikan dukungan dalam bentuk fasilitas kemudahan ijin ekspor.
Oleh karena itu, ia berharap agar para eksportir bisa terus memasok produk-produk berkualitas sesuai standar negara-negara tujuan.
"Khusus untuk PT Aman, ada catatan positif tersendiri. Sementara banyak importir lain yang menunjukkan penurunan tren ekspor, PT Aman justru terus menunjukkan tren meningkat. Jadi kami berharap agar tren positif ini bisa terus dipertahankan," tuturnya.
Direktur PT Aman Buana Putera, Aman Buana Putera menjelaskan kacang hijaunya diperoleh langsung dari para petani di Jawa Tengah serta Jawa Timur, seperti Lamongan dan Demak.
"Ke depan kami menargetkan untuk 2019 ini antara 5.000 sampai 7.000 ton kacang hijau Indonesia akan diekpor ke berbagai negara tujuan," jelas pria kelahiran 1992 ini.
Perlu diketahui, luas panen nasional kacang hijau 2018 sebesar 247.850 hektar (ha) dengan provitas 1,2 ton per ha. Dengan demikian, produksi nasionalnya mencapai 304.850 ton.
Baca juga: Ini Upaya Strategis Kementan dalam Percepatan Tanam Padi
Sementara itu harga kacang hijau di tingkat petani Rp 11.730 per kilogram (kg) hingga Rp 14.850, contohnya di Kabupaten Tuban.
Namun, dari catatan Petugas Informasi Pasar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, harga rata-rata Agustus 2019 adalah Rp 18.500 per kg. Kemudian, harga ekspor sekitar Rp 14.000 – Rp 15.000 per kg (tergantung kadar dan keseragaman ukuran dan warna).
Asal tahu saja, luas panen kacang hijau di Jawa Timur sebesar 66.498 ha. Varietas yang dominan di sana adalah Murai, Perkutut, Sameong, Kutilang, Vima-1, Vima-2, dan Vima-3.
Adapun niaya total sebesar Rp 7 juta per ha dan biaya impas atau break event point-nya sebanyak Rp 5.790 per kg.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.