Apalagi, kebanyakan toko Forever 21 di seluruh dunia berada di pusat perbelanjaan alias mal. Keberadaan toko di pusat mal tentu bergantung pada jumlah pengunjung. Ketika lalu lintas mal sepi, maka penurunan penjualan akan terjadi.
Sebetulnya untuk meminimalisir hal itu, Forever 21 telah menyesuaikan strategi perusahaan dengan menjual secara online. Tapi yang menjadi penyebab kebangkrutannya adalah nilai sewa yang masuk satu dekade terakhir terlalu tinggi disamping minimnya penjualan.
Kendati mengalami restrukturisasi dan menutup 200 tokonya, banyak vendor yang masih mendukung peritel. Perusahaan pun telah menandatangani kontrak dengan lebih dari 130 perjanjian untuk mendukung vendor.
Menurut Horn, hal tersebut sangat membantu perusahaan. Forever 21 juga dapat menolak kontrak atau sewa jika penawaran di bawah nilai pasar. Pemilik tanah dapat senang hati mengakhiri untuk mendapatkan lebih banyak sewa dari perusahaan yang lebih sehat secara finansial.
"Di saat yang sama, Forever 21 bisa keluar dari jutaan toko ritel yang akan memberi tekanan pada pemilik tanah, yang harus menyewa secepat mungkin," ucap Horn.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.