Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BUMN Setor Dividen, Defisit APBN hingga Maret 2020 Mengecil

Kompas.com - 17/04/2020, 12:32 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan mencatatkan defisit Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) hingga Maret 2020 sebesar Rp 76,4 triliun atau setara dengan 0,45 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 103,1 persen atau 0,65 persen dari PDB, besaran defisit tersebut justru lebih kecil. Padahal saat ini, perekonomian dalam negeri tengah mengalami pukulan akibat pandemik virus corona (Covid-19).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, hingga dalam tiga bulan pertama tahun ini negara mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 7,7 persen (yoy) menjadi Rp 375,9 triliun, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tumbuh 4,6 persen menjadi Rp 349 triliun.

Baca juga: Tiga Cara Agar Pemerintah Mampu Menekan Defisit Anggaran

Namun demikian, Bendahara Negara itu mengatakan pertumbuhan pendapatan tidak benar-benar mencerminkan kondisi perekonomian yang tengah mengalami tekanan.

"Catatannya, pertumbuhan itu bukan berasal dari kegiatan ekonomi, tapi ini ada pergeseran pembayaran dividen dari BUMN kita. Sehingga muncul PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) melonjak ini karena bank-bank BUMN RUPS lebih awal, kemudian bayarkan dividen di Maret ini," jelas Sri Mulyani ketika memberikan paparan APBN KiTa melalui video conference, Jumat (17/4/2020).

"Ini yang buat pendapatan negara terlihat melonjak," jelas dia.

Secara lebih rinci Sri Mulyani memaparkan, untuk PNBP hingga Maret 2020 tercatat sebesar Rp 96 triliun atau tumbuh 36,8 persen (yoy) jika dibandingkan dengan tahun lalu di periode yang sama sebesar Rp 70,2 triliun atau tumbuh 14,8 persen.

Jika dilihat basis ekonomi seperti penerimaan pajak termasuk migas, tercatat Rp 241,6 triliun atau mengalami kontraksi 2,5 persen (yoy).

Sementara itu penerimaan bea cukai Rp 38,3 triliun atau tumbuh 23,6 persen (yoy), namun pertumbuhannya melambat jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh hingga 73,1 persen (yoy).

Sehingga secara keseluruhan penerimaan perpajakan sebesar Rp 279,9 triliun atau melambat 0,4 persen (yoy). Padahal tahun lalu, pada periode yang sama penerimaan perpajakan bisa tumbuh 6,2 persen (yoy).

Untuk belanja negara di bulan lalu mencapai Rp 452,4 triliun atau tumbuh 0,1 persen (yoy), namun demikian angka tersebut melambat jika dibandingkan pertumbuhan Maret 2019 yang tumbuh 7,7 persen (yoy).

Belanja pemerintah pusat mencapai Rp 277,9 triliun atau tumbuh 6,6 persen (yoy), melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mampu tumbuh 11,4 persen (yoy).

Transfer ke Daerah dan Dana Desa mencapai Rp 174,5 triliun atau turun 8,8 persen (yoy). Padahal di periode yang sama tahun lalu, pos anggaran ini mampu tumbuh 3,1 persen (yoy).

Transfer ke daerah sebesar Rp 167,3 triliun atau turun 7,7 persen (yoy). Sementara realisasi Dana Desa hanya Rp 7,2 triliun, anjlok 28,6 persen (yoy).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

IHSG Turun 34 Poin, Rupiah Melemah di Awal Sesi

Whats New
Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Harga Emas Dunia Menguat Usai Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi AS

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Whats New
Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com