Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil William Tanuwijaya, dari Penjaga Warnet, Kini Bos Tokopedia

Kompas.com - 13/05/2020, 08:42 WIB
Muhammad Idris

Penulis

 

”Dari sini saya bisa belajar internet secara gratis. Pada 2003 saya lulus, tapi tidak pernah mempunyai cita-cita atau impian sebagai pengusaha. Empat tahun sebagai pekerja kantoran di beberapa perusahaan berbeda," cerita William.

"Lalu, pada 2007, saya melihat peluang membangun Tokopedia setelah saya berkilas balik dengan melihat ketimpangan di kampung halaman itu, namun saya tidak punya modal,” kata dia lagi.

Baca juga: Soal Kebocoran Data, KKI Gugat Menkominfo dan Tokopedia

Ia terinspirasi dari pendiri perusahaan teknologi Google dan Facebook yang mendapatkan modal dari pemodal ventura. Akan tetapi, waktu itu ia belum kenal siapa pun. Ia datangi bos tempatnya bekerja.

Ia mengemukakan ide untuk membangun Tokopedia. Bosnya yang tergolong visioner kemudian memperkenalkan Wiliam kepada teman-temannya yang mempunyai uang.

”Dua tahun kami mencari modal, tetapi gagal. Kalau dirangkum, waktu itu kami gagal karena orang bertanya tentang siapa yang sudah berhasil karena bisnis teknologi?" kata William.

Menurut dia, pertanyaan kedua mengenai kekhawatiran akan kompetisi. Indonesia merupakan pasar yang begitu luas, bagaimana kalau pemain besar dunia datang ke Indonesia dan bagaimana melawan mereka.

Baca juga: Demi Keamanan, Tokopedia Anjurkan Pengguna Ganti Password

Salah satu titik yang mengubah hidupnya adalah ketika salah satu calon pemodal malam pesimis pada rencana bisnisnya.

”Wiliam kamu masih muda. Jangan sia-siakan masa muda kamu. Kamu itu membawa mimpi yang muluk-muluk. Model kamu semua dari Lembah Silicon. Mereka ini lahir spesial, kamu tidak seperti itu. Sudahlah cari yang lebih realistis,” kata William menirukan ucapan temannya tersebut.

Berkali-kali ditolak, Wiliam mengaku modalnya adalah kegigihan. Akhirnya, pada 2009 mantan bosnya menjadi pemodal pertama. Meski demikian. jalannya tetap tidak mudah.

Ia kemudian kembali ke kampus dengan mengikuti pameran peluang kerja. Sebab, untuk membangun perusahaan teknologi, ia membutuhkan sumber daya manusia. Sejak pertama ia percaya dengan hal itu. Tak ada aset dan tak ada sumber daya lain yang lebih penting selain manusia.

Baca juga: Transaksi Tokopedia Pakai OVO, Apakah Data Bocor? Lakukan Hal Ini

”Saya berdiri dua hari di pameran itu untuk mencari kandidat. Tidak satu pun yang melamar di pameran itu. Sementara, di depan saya adalah satu stan sebuah bank besar. Di stan bank itu ada ribuan mahasiswa yang mengantre. Di tempat saya cuma ada satu mahasiswi yang menjadi panitia dan dia bertanya ini perusahaan apa?" katanya.

Meski ia mengaku introvert, William mengubah strategi dengan berbicara dari kelas ke kelas sehingga pelan-pelan jumlah pelamar mulai bertambah. Tahun kelima mereka mendapat 85 orang. Namun, kemudian setelah itu berubah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com