Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kalau Kita Kerja Keras, Kemungkinan Lolos dari Resesi Sangat Memungkinkan..."

Kompas.com - 05/08/2020, 14:38 WIB
Ade Miranti Karunia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menyatakan, untuk membalikkan perekonomian Indonesia kembali positif memerlukan upaya yang luar biasa.

Meski demikian menurut dia, dibandingkan dengan negara-negara lain yang terjerumus dalam resesi, Indonesia masih bisa berharap dengan konsumsi domestik untuk menopang  pertumbuhan ekonomi.

"Nah kita dari minus 5,32 persen untuk membalikkan ke positif tentu membutuhkan suatu upaya yang luar biasa. Walaupun kita harus ingat bahwa Indonesia itu juga agak diuntungkan karena kita itu di-drive oleh konsumsi dalam negeri," ujarnya dalam webinar virtual dengan tema Ketenagakerjaan Dorong Pemulihan Ekonomi Nasional, Rabu (5/8/2020).

Baca juga: Ekonomi RI Minus 5,32 Persen, Sudah Masuk Resesi?

Dia membandingkan penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan lima negara yang telah masuk resesi.  Misalnya Amerika Serikat, Jerman, Korea Selatan, Singapura, dan Hong Kong yang masih mengandalkan aktivitas perdagangan luar negeri, seperti ekspor dan impor.

"Jadi, negara-negara yang kena (resesi) semua ini adalah negara-negara yang sangat terikat dengan perdagangan internasional, ekspor impor," sambungnya.

Baca juga: Indonesia Menuju Resesi Pertama sejak 1998?

Sementara sebut Hariyadi, ekspor Indonesia tidak begitu dominan. Sehingga lanjut dia, selama bisa menjaga ekonomi dalam negeri, Indonesia berpeluang lolos dari resesi.

"Kebetulan ekspor kita tidak terlalu dominan sehingga kalau kita kerja keras menjaga ekonomi domestik, kemungkinan lolos dari resesi sangat memungkinkan," ujarnya.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Minus 5,32 Persen pada Kuartal II-2020

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal II 2020 minus hingga 5,32 persen. Secara kuartalan, ekonomi Indonesia terkontraksi 4,19 persen dan secara kumulatif terkontraksi 1,26 persen.

Menurut pengeluaran secara tahunan (year on year/yoy), semua komponen mengalami kontraksi dengan konsumsi rumah tangga mencatatkan penurunan paling dalam. Kontraksi konsumsi rumah tangga tercatat hingga -5,51 persen.

Hanya ada dua komponen yang masih mencatatkan pertumbuhan positif, yakni perumahan dan perlengkapan rumah tangga 2,36 persen; serta kesehatan dan pendidikan 2,02 persen. Kontraksi yang terdalam adalah restoran dan hotel sebesar 16,53 persen.

Baca juga: Diumumkan Siang Ini, RI Bakal Masuk Jurang Resesi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com