Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Terseok karena Salah Target Pasar, Kini Bisnis Slip Sandal Joshua Beromzet Ratusan Juta Rupiah

Kompas.com - 13/11/2020, 10:12 WIB
Mutia Fauzia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Buah manis dari berbisnis tampaknya memang tak bisa serta-merta dinikmati.

Hal itu dirasakan oleh Joshua (23 tahun), yang baru 1,5 tahun belakangan mulai membuka usaha bisnis slip sandal dengan merek Maximall.

Joshua mengaku dirinya sempat terseok lantaran bisnis awal yang dia geluti, yakni produksi dan distribusi sepatu sneakers tak disambut baik oleh pasar.

Pasalnya, di tahun dirinya membuka bisnis, yakni pertengahan tahun 2020, sneakers lokal memang sedang digandrungi masyarakat.

Baca juga: Naik Rp 10.000, Harga Emas Antam Masih Betah di Bawah Rp 1 Juta/Gram

Nama-nama pemain sneakers lokal seperti Ventella hingga Compass kerap disebut dan diulas oleh peminat sneakers dalam negeri.

"Jadi mulanya Maximall produksi sepatu, karena saya pikir untuk main product. Februari 2019 sudah mulai develop, Maret launch sepatu dulu, itu kita agak kurang jalan, kurang progress," ujar dia ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (12/11/2020).

Kondisi keuangan seret

Ketika melalui proses transisi perubahan konsep dari sepatu menjadi slip sandal, Joshua mengaku kondisi keuangannya mulai reset.

Pasalnya, ongkos yang ia keluarkan untuk memproduksi sepatu cukup besar.

Dalam proses mengembangan bisnis sneaker-nya kala itu, Joshua bisa merogoh kocek hingga ratusan juta rupiah.

Jumlah produksinya yang kalau itu pencapai 3.000 dengan harga produksi yang lumayan besar nyatanya tak bisa menjangkau pasar yang ia inginkan.

Joshua lantas memutar otak untuk menelurkan ide baru yang sekiranya bisa diterima dengan antusias oleh pasar.

Melihat peluang bisnis slip sandal sebagai produk utama yang masih sangat jarang di pasaran, Josua lantas melakukan manuver.

Baca juga: Berapa Pendapatan Negara dari Cukai Peredaran Miras?

"Emang sampai agak lama, itu sepatu deadstock buat saya. Kemudian berpindah ke sandal, kita coba-coba di awal, melihat dulu bikin sandal pertama yang simpel kemudian ternyata respons orang lebih baik dari sepatu," ujar dia.

Omzet tertinggi capai Rp 700 juta

Kini, Joshua mengaku omzet tertinggi yang sempat ia dapatkan selama menjalankan bisnis slip sandal mencapai Rp 700 juta dalam sebulan.

Jumlah tersebut bisa dicapai kala musim libur panjang, seperti perayaan lebaran atau Natal.

Dengan mengandalkan pemasaran secara digital, yakni via akun Instagram @maximallfootwear, Joshua pun menjual produknya melalui berbagai platform e-commerce, serta situs web resmi maximallfootwear.com.

"Kalau soal demand, kita sudah mulai lumayan, dari waktu ke waktu naik. Di angka 5.000-an pasang per bulan, itu di luar reseller. Kalau reseller, ada jaringan lagi, itu belum dimasukkan," ujar dia.

Joshua menjual produk slip sandalnya di kisaran harga Rp 200.000 hingga Rp 400.000 per pasang.

Harga yang cukup premium, mengingat desain yang disajikan dalam produk yang ia jual pun melalui proses kreatif yang cukup panjang.

"Kita coba percaya diri, fokus, konsisten di slip sandal mencari dari model, teknologi, bahan, selalu buat inovasi dari yang lain, contohnya slip sandal dengan ritsleting, menggunakan pad, dan semacamnya, desainnya berbeda dengan yang lain," ujar dia.

Baca juga: Rincian Terbaru Harga Emas Batangan 0,5 Gram hingga 1 Kg di Pegadaian

Tak luput dari dampak pandemi

Pandemi virus corona (Covid-19) nyatanya memberikan dampak yang cukup besar bagi jalannya bisnis Maximall.

Joshua yang juga bekerja sama dengan perajin serta melakukan proses produksi secara rumahan mengalami penurunan permintaan hingga 40 persen pada awal pandemi.

Namun, hal itu tak membuat dirinya patah semangat melakukan inovasi.

"Itu tidak menutup ide untuk mencari peluang, apa sih yang orang-orang mau agar mereka tetap bisa tertarik dengan Maximall, mencari desain baru, marketing baru," ujar dia.

"Salah satunya saya coba kolaborasi dengan Si Juki, saya sudah dari Januari atau Desember tahun lalu sebenarnya, tetapi untuk menuangkan gagasan agak sulit karena karakter dan nilai kami berbeda," jelas dia.

Joshua mengaku kolaborasi dengan karakter Si Juki memang agak berisiko di tengah merosotnya demand di tengah pandemi.

Namun demikian, di sisi lain hal itu membuka peluang baru lantaran saat pandemi, banyak pelaku usaha lokal yang memutuskan untuk beristirahat.

Baca juga: IHSG Berpeluang Melemah di Akhir Pekan, Cek Rekomendasi Saham Hari Ini

"Ketika brand-brand lain kemudian baru mulai cari peluang, kita sudah siap. Kita buat produk yang cocok dengan situasi sekarang," ujar dia.

Joshua pun mengatakan, untuk bisa menjalankan bisnis, konsistensi dan fokus menjadi dua hal yang tidak bisa dilepaskan.

Setiap proses bisnis harus terencana serta tujuan yang ingin dicapai haruslah jelas.

"Bikin planning, kerangka bisnis, harus tutup telinga, tapi jangan tutup mata karena kita harus melihat keadaan pasar bagaimana. Misal di tengah pandemi harus melihat apa yang orang butuhkan, harus terbuka dengan kondisi pasar, kita telaah, diriset, jangan panik," ujar Joshua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com