Selain itu, ada juga pengunaan rice transplanter jajar legowo sebesar Rp 591 juta yang digunakan di empat perusahaan, jagung hibrida JH 27 yang digunakan satu perusahaan sebesar 262 juta, dan Jagung Bima 9 URI sebesar 178 juta.
Selanjutnya, penggunaan ecalyptus sebesar Rp 160 juta, jagung bima 20 URI Rp 125 juta, jagung hibrida batara 14 sebesar Rp 97 juta, dan bahan lain dari 17 perusahaan sebesar 306 juta.
Sementara itu, Mentan Syahrul Yasin Limpo mengatakan, perolehan royalti tersebut didapat dari hasil temuan para peneliti dan perekayasa Balitbangtan selama 2021.
Adapun Mentan akan menyerahkan royalti tersebut kepada institusi dan para Inventor Kementan.
"Ini adalah hal yang membanggakan karena kita telah menghasilkan banyak teknologi yang bernilai kekayaan intelektual dan sudah diadopsi oleh dunia usaha," ujar Yasin Limpo.
Yasin Limpo menambahkan, saat ini masih ada 33 hasil penelitian Balitbangtan yang akan didaftarkan untuk hak paten, hak cipta, merek, dan hak varietas tanaman (Hak PVT).
Oleh karena itu, Balitbangtan punya peranan penting, terutama di dalam pengembangan pertanian.
"Kalau tidak ada litbang, bagaimana kita mau makan. Itu bibit bagus, tapi kalau dua atau tiga tahun tidak dilakukan pemulihan, maka hasilnya akan menurun. Ke depannya, saya berharap ini tidak hanya lisensi, tapi harus dijabarkan dan dikembangkan dengan lebih masif lagi," ucapnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.