Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Kemacetan di Puncak Bogor Terus Berulang? Ini Kata Pengamat Transportasi

Kompas.com - 04/03/2022, 12:39 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat kerap mengalami kemacetan terutama di periode liburan. Bahkan akhir pekan lalu, jalur Puncak Bogor macet total.

Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengatakan, terdapat sejumlah permasalahan yang menyebabkan kemacatan di kawasan tersebut selalu terulang.

Pertama, kondisi parkir di kawasan Puncak, Bogor tidak ditata dengan baik sehingga kendaraan banyak yang parkir sembarangan dan mengganggu kelancaran jalan kendaraan lainnya.

"Dengan kondisi parkir di kawasan puncak tidak tertata dengan baik menjadi hambatan terhadap kelancaran lalu lintas," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (4/3/2022).

Baca juga: Sandiaga Usul Bangun Kereta Gantung Atasi Macet Puncak Bogor, Pengamat: Tata Transportasi Darat Dulu

Kedua, sebagai tempat wisata seharusnya kawasan ini memiliki trotoar, zebra cross, dan jembatan penyebrangan untuk memudahkan pejalan kaki berjalan di pinggir jalan dan menyebrang jalan.

"Tidak adanya fasilitas bagi pejalan kaki, terutama di Pasar Cisarua menyebabkan perilaku pejalan kaki yang menyeberang sembarangan," kata dia.

Ketiga, ukuran jalan di kawasan Puncak, Bogor bisa dibilang sangat kecil dibandingkan jumlah kendaraan yang menggunakan jalan tersebut. Padahal kebanyakan kawasan ini didatangi oleh kendaraan roda empat.

Kapasitas jalan yang tidak dapat menampung seluruh kendaraan yang datang inilah yang menyebabkan terjadinya kemacetan. Meskipun kepolisian telah sering memberlakukan buka-tutup jalan.

"Jalan di kawasan puncak masih memiliki kapasitas yang kecil terlebih digunakannya badan jalan oleh PKL (pedagang kaki lima) untuk berjualan," terangnya.

Keempat, belum tersedia fasilitas transportasi umum yang memadai membuat transportasi umum yang tersedia justru memperparah kemacetan.

"Transportasi umum menaikan dan menurunkan penumpang di badan jalan sehingga memperlambut laju kendaraan lainnya," kata dia.

Baca juga: Kawasan Puncak Bogor Langganan Macet, Sandiaga Uno Usul Bikin Kereta Gantung

Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Bogor harus segera memperbaiki transportasi umum agar dapat mengatasi kemacetan di ruas jalan Puncak, Bogor.

Misalnya dengan mengadakan bus Transpakuan Bogor di jalur tersebut sehingga selain dapat menampung banyak penumpang, bus tersebut hanya berhenti di halte saja.

Itulah berbagai pekerjaan rumah yang harus dibereskan pemerintah Bogor agar kemacetan di Puncak, Bogor tidak terjadi lagi. Pasalnya, kawasan tersebut menjadi destinasi liburan favorit bagi warga Jakarta dan sekitarnya.

Baca juga: Kemenhub Berlakukan Ganjil-Genap di Kawasan Puncak Bogor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com