Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Sawit "Curhat" Harga TBS Masih Dimainkan

Kompas.com - 13/05/2022, 12:30 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) mengungkapkan, fakta di lapangan bahwa harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit masih dimainkan alias tidak sesuai dengan harga yang ditetapkan pemerintah.

Sekretaris Jendral SPKS, Mansuetus Darto mengatakan, pihaknya menduga penetapan harga TBS kelapa sawit saat ini tidak lagi merujuk pada harga internasional yang sebelumnya berlaku, melainkan yang berlaku adalah harga nasional.

"Dugaan ini tidak lepas dari fakta sebelumnya bahwa pabrik kelapa sawit tidak mematuhi harga yang ditetapkan oleh Pemerintah," ujar Mansuetus Darto lewat keterangan resminya, Jumat (13/5/2022).

Baca juga: Gapki: Larangan Ekspor Bahan Baku Minyak Goreng Bakal Bikin Rugi Petani Sawit

Mansuetus Darto membeberkan, penetapan harga TBS kelapa sawit Provinsi Riau untuk periode 11-18 Mei 2022, telah terjadi penurunan harga sebesar Rp 972,29 per kilogram menjadi Rp 2.948 per kilogram untuk sawit umur 10 - 20 tahun.

Padahal sebelumnya pada periode 27 April-10 Mei 2022, harga TBS kelapa sawit umur 10-20 tahun di Riau ditetapkan Rp 3.920 per kilogram.

"Penurunan harga TBS kelapa sawit di tingkat petani menjadi tanda tanya besar, dasar atau rumus apa yang digunakan untuk menetapkan harga TBS kelapa sawit saat ini. Apakah harga CPO dan kernel turun secara drastis?," kata Mansuetus Darto.

Baca juga: Petani Kelapa Sawit Bisa Transaksi Tandan Buah Segar lewat Aplikasi

Sementara jika dibandingkan dengan Malaysia, kata Darto, harga TBS di sana tidak turun, masih diharga sekitar Rp 5.000 per kilogram.

Darto juga mengungkapkan, petani kelapa sawit di Kabupaten Kuantan Singingi juga menjerit. Pasalnya, perusahaan Wilmar melalui anak perusahaannya PT Citra yang memiliki 3 PKS sampai dengan saat ini masih tutup.

Baca juga: [POPULER MONEY] Pegadaian Digugat Rp 322 Miliar Gara-gara Tabungan Emas | Petani Sawit Bakal Geruduk Kantor Airlangga hingga Istana Negara

Hal ini pun berpengaruh terhadap penurunan harga TBS kelapa sawit yang cukup tinggi.

"Di tingkat petani, harga TBS kelapa sawit berkisar Rp 1.600-1.750 per kilogram. Sama halnya dengan kondisi di Sumatera, di Kalimantan Barat. Hal inilah yang menyebabkan para petani sawit terus mengalami kerugian dan mempengaruhi ekonomi keluarga petani," ucapnya.

Baca juga: Wilmar Bantah PT Citra Riau yang Hentikan Pembelian TBS Bagian Perusahaannya

Oleh sebab itu, para petani kelapa sawit meminta pemerintah segera mengawasi dan mengambil tindakan hukum yang tegas kepada pabrik kelapa sawit/perusahaan dari tingkat trader, grower hingga produsen yang ikut andil dalam menentukan harga TBS kelapa sawit secara sepihak.

"Kami menyuarakan bahwa negara tidak boleh kalah. Kami mendukung sepenuhnya agar pemerintah jangan menyerahkan urusan penentuan harga TBS kelapa sawit kepada pengusaha sawit," pungkasnya.

 

Bantahan Wilmar

Perusahaan Wilmar membantah bahwa PT Citra Riau Sarana di Kuantan Singingi, Riau yang menghentikan pembelian tandan buah segar (TBS) dari petani bukanlah bagian dari Wilmar.

Plantation Head Wilmar Simon Siburat mengaku, hingga saat ini Wilmar dan pabrik kelapa sawit (PKS)-nya tetap menerima pasokan dari petani, baik plasma, inti, maupun masyarakat.

"Perlu kami sampaikan bahwa PT Citra Riau Sarana di Kuantan Singingi, Riau bukanlah bagian dari Wilmar. Hingga saat ini kami dan pabrik kelapa sawit (PKS) Wilmar tetap menerima pasokan dari petani, baik plasma, inti, maupun masyarakat," ujarnya dalam keterangannya kepada Kompas.com, Selasa (17/5/2022).

Simon menuturkan, perusahaannya sangat menghargai petani sebagai salah satu sumber pemasok utama kelapa sawit.

Oleh sebab itu kata dia, pihaknya juga membeli TBS dengan harga sesuai dengan aturan yang berlaku.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mata Uang Polandia Bukan Euro Meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro Meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com