Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk membangun pola pikir ini?
Emosi memang bisa menjadi bumerang bagi siapa pun jika tak dikelola dengan baik. Maka dari itu, ia perlu dikontrol dan disalurkan pada wadah yang tepat.
Sebelum mampu menerapkan growth mindset sepenuhnya, kita harus mampu mengontrol emosi. Misalnya saat menghadapi kegagalan.
Alih-alih bersedih terlalu larut dan menyalahkan orang lain, cobalah untuk berusaha bangkit kembali dengan mencari cara lain. Pelajarilah kegagalan untuk membuat proses selanjutnya semakin mudah.
Pengelolaan emosi yang baik ditambah pola pikir maju merupakan kunci keprofesionalitasan seseorang. Kita akan terus menganggap tantangan sebagai batu loncatan untuk mencapai kesuksesan.
Growth mindset menuntut dan memaksa kita untuk keluar dari zona nyaman. Artinya, akan ada proses baru yang bisa menyulitkan kita.
Orang dengan fixed mindset akan menganggap tantangan itu sebagai proses yang melelahkan. Hal ini disebabkan karena ekspektasi mereka yang bisa selesai dalam sekali duduk.
Di lain sisi, berfokus pada proses bisa membuat kita menghargai setiap usaha yang dilakukan. Alih-alih berorientasi pada hasil, usaha dan kerja keraslah yang menjadi kebanggaan diri.
Dari situ, kita juga jadi bisa belajar untuk lebih menghargai proses. Karena hal tersebutlah yang mampu membawa kita pada kesuksesan.
Growth mindset mampu membuat kita menjadi pribadi yang sangat menikmati proses. Maka dari itu, setiap langkahnya akan dilakukan tanpa terburu-buru.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.