Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penurunan Emisi Karbon, Bos Freeport: Ada Biaya yang Tidak Kecil yang Harus Dikeluarkan...

Kompas.com - 07/07/2022, 14:22 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Untuk mendorong bisnis yang berkelanjutan (sustainable), dan sejalan dengan misi pemerintah dalam mengurangi emisi karbon, perusahaan berlomba untuk mengembangkan energi baru terbarukan atau EBT yang juga dikenal dengan renewable energy.

Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, untuk menurunkan emisi karbon, ada biaya yang tidak kecil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Meskipun cukup mahal, namun hal ini sangat penting dilakukan untuk menjamin keberlangsungan.

“Kalau kita bicara soal renewable energy ataupun penurunan emisi, ada biaya yang harus dikeluarkan. Kalau di operational cost-nya tidak jauh berbeda, tapi kan ada investasi besar yang harus dilakukan ke situ,” kata Tony, secara virtual Kamis (7/7/2022).

Baca juga: Pangkas Emisi, Freeport Bakal Manfaatkan LNG

Tony mengatakan, untuk membangun fasilitas pembangkit listrik LNG 200 mega watt atau 300 mega watt membutuhkan investasi besar. Walau demikian, ini tetap harus dilakukan sebagai konsistensi mendukung pengurangan emisi karbon di masa depan.

“Untuk membangun fasilitas pembangkit listrik LNG 200 megawatt atau 300 megawatt tentu ada investasi besar. Ini suatu keniscayaan, dan ini harus dilakukan karena baik (di masa depan), bukan hanya hitung – hitungan investasi sekarang,” jelas Tony.

Masih soal biaya, Tony juga mencontohkan, pembangunan PLTA memang mampu untuk menekan emisi karbon, namun biaya pembangunannya tidak murah, dan masa penggunaannya juga relatif singakat.

“Potensi PLTA itu ada, tapi untuk membangunnya kan butuh waktu 5 – 7 tahun, dan kami hanya beroperasi sampai 2041 saja, jadi keekonomiannya jauh. Kalau sudah selesai bangun, cuma dipakai 10 tahun, hitungannya juga tidak masuk. Tapi komitmen PTFI untuk menurunakan emisi karbon kedepannya bisa 50 persen akan terus kita laksanakan,” ungkap Tony.

Sementara itu, VP Enviromental PT Freeport Indonesia Gesang Setiadi mengatakan, ada beberapa pertimbangan dalam hal penggunaan energi untuk operasional. Misalkan, dalam penggunaan energi diesel yang saat ini cukup mahal, dibandingkan batu bara.

“Sekarang, paling mahal menggunakan energi disel. Batu bara sebetulnya cukup murah, tapi kalau batu bara itu bisa digantikan dengan LNG, dan LNG- nya bisa disupply dengan lancar dan dalam lokasi yang dekat, tentunya sangat ekonomis,” ujar Gesang.

Baca juga: Menko Airlangga: PLTS Jadi Andalan Turunkan Emisi Karbon

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com