KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya mengambil keputusan BBM naik, termasuk harga Pertalite yang konumsinya paling besar. Per Minggu, 4 September 2022, harga BBM terbaru jenis Pertalite adalah sebesar Rp 10.000 per liter.
Harga BBM terbaru Pertalite ini mengalami kenaikan dari sebelumnya harga Pertalite dipatok Pertamina sebesar Rp 7.650 per liter. Kebijakan harga BBM naik juga berlaku untuk BBM subsidi lainnya, Solar yang naik menjadi Rp 6.800 dari Rp 5.150 per liter.
"Ini (BBM naik) adalah pilihan terakhir pemerintah, yaitu mengalihkan subsidi BBM. Sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini subsidi akan alami penyesuaian," kata Jokowi dikutip dari kanal Youtube Sekretariat Presiden, Minggu (4/9/2022).
Jokowi menyebutkan, penyesuaian harga BBM terbaru ini tak bisa dihindarkan. Ia bilang, BBM naik karena anggaran subsidi pemerintah sudah meningkat 3 kali lipat dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun.
Baca juga: Mengapa Jokowi Naikkan Harga BBM saat Harga Minyak Dunia Turun?
Besaran subsidi harga Pertalite dan Solar itu akan meningkat terus menerus. Sementara itu tanpa kebijakan BBM naik, lebih dari 70 persen subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu, terutama para pemilik mobil pribadi.
"Mestinya uang pemerintah itu diberikan untuk subsidi bagi masyarakat kurang mampu. Subsidi harus menguntungkan masyarakat kurang mampu," beber Jokowi.
Berikut harga BBM terbaru per liternya di SPBU Pertamina, termasuk harga Pertalite, setelah pengumuman BBM naik dari pemerintah:
Sebagai perbandingan saja, berikut harga BBM terbaru di SPBU lainnya milik Shell dan Vivo:
1. Harga BBM terbaru di SPBU Vivo
2. Harga BBM terbaru di SPBU Shell
Baca juga: Kenapa Indonesia Impor BBM dari Singapura, Padahal Minyaknya dari Indonesia?
Pengumuman harga BBM terbaru (BBM naik) ini justru bertepatan saat harga minyak mentah dunia mulai perlahan mengalami penurunan.
Beberapa waktu lalu, harga minyak Brent yang jadi patokan global memang berfluktuasi, bahkan sempat berada di atas 100 dollar AS per barel, namun kini sudah turun di kisaran 90 dollar AS per barel.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif beralasan, penurunan harga minyak dunia tak bisa jadi tolak ukur dalam menentukan kebijakan harga BBM dalam negeri untuk jangka waktu panjang, termasuk keputusan BBM naik.
"Harga minyak memang turun naik tiap hari jadi memang tidak bisa dijadikan patokan untuk jangka panjang mengenai ketepatan alokasi subsidi ini (kebijakan BBM naik)," ujar Arifin dikutip dari Antara.
Terlebih, harga Pertalite dan Solar yang merupakan BBM subsidi, lebih banyak dikonsumsi kalangan masyarakat ekonomi mampu, terutama para pengguna mobil.
Baca juga: Sri Mulyani: Subsidi Masih Dinikmati Mereka yang Punya Mobil
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.