Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Emas Diprediksi Jadi Primadona Investasi pada Tahun 2023

Kompas.com - 22/01/2023, 21:09 WIB
Nur Jamal Shaid

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Emas diprediksi akan kembali menjadi primadona investasi selama 2023 setelah merajai transaksi di pasar komoditas tahun 2022.

ICDX mencatat, produk yang menjadi penyumbang terbesar transaksi PBK adalah kontrak emas dengan total volume transaksi sepanjang 2022 mencapai 605.649 lot settled.

Direktur ICDX Nursalam mengatakan, lebih dari setengah total volume transaksi semua produk multilateral yang diperdagangkan di ICDX yakni emas, valuta asing (forex), dan minyak mentah.

Baca juga: Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja, Fresh Graduate Boleh Daftar

“Total volume transaksi multilateral ICDX pada 2022 mencapai 941.156 lot settled,” kata Nursalam dikutip dari Kontan.co.id, Minggu (22/1/2023).

Nursalam memprediksi bahwa pergerakan positif emas akan berlanjut hingga awal 2023.

Sebab, hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Desember 2022 menunjukkan para pembuat kebijakan The Fed sepakat perlu memperlambat laju kenaikan suku bunga yang agresif dengan mempertimbangkan fleksibilitas dalam membuat kebijakan moneter.

“Proyeksi kenaikan tambahan tingkat suku bunga Amerika Serikat pada 2023 sebesar 75 bps dengan target kebijakan menjadi di tingkat 5,1 persen, saat ini berada di kisaran 4,25 persen-4,50 persen,” ungkap dia.

Baca juga: Mendag Genjot Peningkatan Kerja Sama Perdagangan RI dengan Arab Saudi

Menurut Nursalam, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan yang lebih kecil berpotensi mengembalikan daya tarik emas sebagai aset safe-haven, terlebih dengan adanya kekhawatiran resesi.

Selain itu, IMF juga memangkas proyeksi pertumbuhan global di tahun 2023 menjadi 2,9 persen pada bulan Oktober 2022, dibandingkan proyeksi IMF Juli sebelumnya yaitu 2,7 persen.

Pemangkasan itu dilakukan seiring dengan melambatnya pertumbuhan tiga penggerak ekonomi terbesar dunia (AS, China, dan Eropa).

“Emas sensitif terhadap pergerakan kenaikan tingkat suku bunga acuan. Jika The Fed mengadopsi kebijakan yang kurang agresif dibandingkan tahun lalu, maka berpotensi menjadi prospek baik bagi emas,” kata Nursalam.

Baca juga: Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi RI Jauh Lebih Tinggi Dibandingkan Dunia yang Nyungsep

Harga emas berpeluang naik

Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya menilai semua produk komoditas sebenarnya tak bisa dipukul rata. Sebab, ada beberapa komoditas yang masih tinggi peminat, sedangkan ada beberapa produk yang mungkin akan mengalami penurunan permintaan.

Namun, Andian menilai harga logam emas masih berpeluang naik, mengingat ada rencana The Fed untuk tidak bersikap agresif di tahun 2023. Sehingga, sangat mungkin pelaku pasar kembali mengalihkan minat kembali ke emas.

Tidak menutup kemungkinan bahwa emas juga akan mencatat level tinggi baru di tahun 2023 jika The Fed memegang komitmen untuk tidak menaikkan suku bunga secara signifikan dan mempertahankan suku bunga di pertengahan tahun.

“Dengan rentang perdagangan di akhir tahun 2023 pada kisaran 2.000-2.100 dollar AS dengan asumsi naik,” kata Andian kepada Kontan.co.id, Kamis (12/1).

Selain sebagai aset lindung nilai, Andian menilai data yang diukur ketika melihat pergerakan harga logam lebih cenderung ke data pasar Amerika Serikat (AS). (Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Handoyo)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Tahun Ini, Emas Diprediksi Kembali Menjadi Primadona Investasi"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com