Dadan juga menyambut baik rencana IPO anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Dia mengatakan, melalui IPO tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan dan peningkatan kapasitas terpasang energi panas bumi di Tanah Air
“Yang menjadi nilai tambah adalah ekspansi PGEO berupa penambahan kapasitas. IPO ini salah satu upaya untuk memenuhi RUPTL. Kalau tidak ada penambahan kapasitas terpasang, maka IPO Pertamina Geothermal Energy juga tidak ada gunanya,” tambahnya.
Dadan mengatakan IPO Pertamina Geothermal Energy juga dapat memberi sinyal positif bagi swasta dan investor untuk berinvestasi di sektor panas bumi nasional. Apalagi, Indonesia memiliki potensi besar cadangan energi baru terbarukan, salah satunya yaitu panas bumi. Berdasarkan RUPTL 2021-2030, potensi panas bumi di Indonesia mencapai 29.544 MW.
“PGEO akan menjadi satu-satunya perusahaan panas bumi yang pertama dan terbesar melantai di Bursa Efek Indonesia. Wilayah kerja yang dimiliki Pertamina Geothermal Energy itu kelas satu semua dan risikonya juga paling minimal,” terangnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto menargetkan melalui IPO, PGE dapat meningkatkan kapasitas terpasang yang dikelola langsung menjadi 1.540 MW pada tahun 2030.
“Itu artinya pada 2030, PGE berpotensi untuk memberikan kontribusi potensi pengurangan emisi karbon sebesar 9 juta ton per tahun dan menargetkan menjadi tiga besar perusahaan produsen panas bumi dunia,” ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya