Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dewi Muliaty, Karyawan Magang yang Kini Jadi Dirut Prodia

Kompas.com - 03/04/2023, 06:07 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kecintaan terhadap belajar membuat Dewi Muliaty bertahan hampir 36 tahun di PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA), bahkan menjadi 'nahkoda' di perusahaan laboratorium kesehatan tersebut.

Bermula dari karyawan magang saat bergabung dengan Prodia pada 1987, Dewi mengaku saat itu tak terlalu memahami ilmu tentang laboratorium, terlebih ia tengah berkutat dengan studi Profesi Apoteker di Universitas Padjadjaran.

Ia bergabung dengan Prodia hanya berbekal ajakan dosennya Andi Widjaja, pendiri sekaligus Direktur Utama pertama di Prodia yang kini menjadi Komisaris Utama Prodia.

"Jadi ditawarkan ini (bergabung dengan Prodia), saya pikir enggak apa-apa lah, kan belajar juga, dan belum pasti juga seterusnya di sana karena kan magang," ungkapnya dalam wawancara bersama Kompas.com beberapa waktu lalu, dikutip Minggu (2/4/2023).

Baca juga: Prodia Beri Sinyal Bakal Bagikan Dividen Tahun Ini, Simak Besarannya

Setelah menjalani magang selama enam bulan, Dewi merasa tertarik dengan Prodia, lantaran di tempat ini dia bisa banyak belajar hal baru. Sesuai dengan 'passion' dirinya yang selalu ingin mendapatkan ilmu baru.

Selama magang, Dewi bilang, dirinya melihat sosok Andi yang disiplin dan selalu belajar, membagikan ilmu-ilmu baru dan mengembangkannya di Prodia. Kegigihan dosennya untuk mengembangan sesuatu yang bernilai ilmiah menjadi sebuah bisnis, telah menarik perhatian Dewi.

Terlebih lagi, Prodia memiliki perpustakaan dengan banyak buku dan jurnal baru yang kala itu susah diakses, tak tersedia di perpustakaan universitas kenamaan sekalipun. Punya kesempatan untuk mendapatkan ilmu-ilmu baru semakin membuat Dewi tertarik dengan Prodia.

"Ternyata buku dan jurnalnya itu baru. Jadi buat saya itu tuh mewah sekali," kata Dewi.

"Saat itu saya di bagian QC (quality control), (buku dan jurnal) enggak sebanyak di bagian R&D (research and development), itu saja saya sudah kagum, apalagi ketika melihat perpustakaan R&D," lanjutnya.

Alhasil, Dewi pun memutuskan melanjutkan karirnya di Prodia sebagai Asisten Manajer Teknis di bagian Quality Control (QC), dan karirnya terus menanjak hingga menjabat sebagai Manajer Penelitian dan Pengembangan pada 1994.

Kinerjanya yang apik membuat Dewi pun dipercaya sebagai Direktur Pengembangan Bisnis pada 2003, hingga akhirnya menjabat sebagai Direktur Utama sejak 2009. Kini hampir 14 tahun sudah Dewi mengemban amanat sebagai orang nomor satu di Prodia, yang semuanya bermula dari kecintaannya terhadap belajar.

"Suami saya pun sampai bilang begini 'Kamu enak ya, belajar tapi digaji', karena dia tahu saya sangat senang belajar," kelakar Dewi.

Baca juga: Mengenal Perbedaan CEO, COO, CFO, CTO, dan CMO di Perusahaan

Dampingi Prodia capai usia 50 tahun

Meski menjadi bagian dari Prodia ketika perusahaan berusia 14 tahun sejak didirikan pertama kali di Solo pada 1973, namun Dewi tetap memiliki perjalanan panjang mendampingi Prodia hingga mencapai usia 50 tahun di 2023.

Ketika dirinya bergabung di tahun 1987, kala itu Prodia masih berkantor di rumah tua yang berlokasi di Bandung dengan memiliki 9 cabang laboratorium. Pada tahun itu, Prodia memang sedang mengembangkan layanannya di kota Jakarta dan Bandung.

Perjalanan panjang membuat perusahaan berkembang dengan memiliki bangunan kantor pada 2008 yang berlokasi di Jakarta Pusat atau kini dikenal dengan Prodia Tower.

Sejalan dengan pengembangan itu, hingga awal 2023, Prodia pun sudah memiliki 152 cabang laboratorium, serta sekitar 250 outlet yang di antaranya bekerja sama dengan rumah sakit dan fakultas kesehatan perguruan tinggi.

Mengingat kembali perjalanannya bersama Prodia, Dewi bercerita, saat bergabung dengan tim QC, dirinya banyak belajar bagaimana mengelola laboratorium agar kualitasnya selalu terjaga. Ketika bergabung dengan tim R&D, ia pun banyak belajar bagaimana mengadopsi pengembangan ilmu baru di luar negeri ke Indonesia.

Dewi bilang, saat dirinya menjadi kepala di tim R&D, dia juga membawahi divisi pengembangan bisnis. Kondisi tersebut membuat dirinya harus mempelajari bisnis, yang menurutnya kala itu banyak mendapat bimbingan dari atasannya, Andi.

Kemampuan berbisnisnya pun semakin diasah ketika mempersiapkan Prodia melakukan pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada 2016.

"Saya tuh lebih ke saintis. Tapi waktu itu dikasih kepercayaan (menjadi Direktur Pengembangan Bisnis) dan dibimbing langsung Pak Andi. Saya enggak sekolah bisnis ya, dan pembelajaran (bisnis) itu lebih tajam di akselerasi ketika persiapan IPO," ungkap Dewi.

Kini Prodia, yang dikenal sebagai pelopor laboratorium klinik kesehatan mandiri di Indonesia, semakin menunjukkan perkembangannya di bawah kepemimpinan perempuan kelahiran Jakarta, 17 Mei 1961 tersebut.

Dewi tengah membawa Prodia untuk bertransformasi menjadi laboratorium masa depan, melanjutkan visi yang telah ditanamkan pimpinan Prodia sebelumnya, Andi. Ia membawa visi baru yaitu 'Transformation Towards Next Generation Laboratories' atau bertransformasi menuju laboratorium generasi selanjutnya.

Visi tersebut diusung dengan melihat kebutuhan masyarakat saat ini. Lantaran, selain hasil yang presisi, masyarakat saat ini membutuhkan layanan uji kesehatan yang terpersonalisasi, serta uji kesahatan yang bersifat prediktif dan preventif.

"Jadi memberanikan diri berdiskusi dengan Pak Andi, untuk mengganti satu visi sesuai dengan era saat ini, yang kemudian disetujui. Tapi untuk ke arah sana, tentunya akan melibatkan teknologi lab dan teknologi informasi," kata dia.

Oleh sebab itu, Dewi pun memperkuat bidang digital dengan membuat IT Blueprint, perencanaan jangka panjang dalam pengembangan sistem informasi. IT Blueprint ini terus diperbaharui secara berkala mengikuti perkembangan terbaru.

Paralel dengan penguatan bidang digital, Dewi bilang, pihaknya juga melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk mencapai visinya. Menurutnya, SDM tetap memiliki peranan penting untuk keberlangsungan perusahaan sehingga perlu dijaga kualitas keahliannya.

"IT memang penting untuk daya saing untuk mendukung proses, tetapi kekuatan sumber daya manusia itu penting untuk keberlangsungan perusahaan," ucapnya.

Pada bidang digitalisasi, saat ini perusahaan telah memiliki aplikasi Prodia for Doctor dan Prodia Mobile untuk layanan home service yang diluncurkan pada 2022.

Baca juga: Jadi Bos Baru BTN, Nixon LP Napitupulu Siapkan 3 Strategi

Dewi berharap, dengan banyaknya capaian Prodia saat ini hingga menjadi perusahaan laboratorium klinik terbesar di Tanah Air, dapat memperkuat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap fasilitas kesehatan dalam negeri.

Ia bilang, prodia sendiri telah melakukan banyak kerja sama dengan rumah sakit di luar negeri untuk menjadi laboratorium rujukan, khususnya bagi para pekerja asing di Indonesia.

Prodia juga merupakan satu-satunya laboratorium klinik di Indonesia dengan akreditasi College of American Pathologists (CAP), sehingga kualitas hasil pemeriksaan dari Prodia sejajar dengan laboratorium internasional.

"Jangan lari ke luar negeri, sayang devisanya, jadi periksalah di dalam negeri," sarannya.

"Saya berharap Prodia menjadi andalan, kepercayaan, aset nasional dan memberikan devisa yang baik kepada pemerintah. Kami akan terus berinovasi agar tetap menjadi pemimpin pelayanan dan menciptakan barrier to entry (dari pihak asing)," tutup Dewi.

Baca juga: Farash Farich, Introvert yang Jadi CEO Mahaka X

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com