Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekhawatiran Resesi Bikin Harga Minyak Dunia Merosot

Kompas.com - 21/04/2023, 09:42 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia merosot sekitar 2 persen ke level terendah sejak akhir Maret 2023 pada akhir perdagangan Kamis (20/4/2023) waktu setempat atau Jumat pagi WIB.

Pelemahan harga minyak dunia dipicu kekhawatiran kemungkinan terjadinya resesi ekonomi yang dapat mengurangi permintaan bahan bakar. Selain itu, didorong kenaikan persediaan bensin Amerika Serikat (AS).

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent turun 2,4 persen atau 1,02 dollar AS menjadi sebesar 81,10 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS turun 2,4 persen atau 1,87 dollar AS menjadi sebesar 77,29 dollar AS per barrel.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun 2 Persen, Ini Penyebabnya

Kedua acuan harga minyak dunia itu juga sudah lebih dulu turun 2 persen pada penutupan perdagang Rabu kemarin, ke level terendah sejak sesaat sebelum pengumuman pemangkasan produksi minyak OPEC+ yang mengejutkan.

"Pada akhirnya, salah satu alasan utama mengapa kita (harga minyak_ tergelincir adalah ketakutan akan resesi,” ujar Bob Yawger, Direktur Eksekutif Energi Berjangka di Mizuho.

Data ekonomi terbaru menunjukkan jumlah klaim pengangguran mingguan AS naik 5.000 menjadi 245.000 dalam pekan yang berakhir 15 April 2023.

Hal itu mengartikan pasar tenaga kerja melambat setelah satu tahun kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), dan meningkatkan kekhawatiran tentang perlambatan permintaan bahan bakar.

Di sisi lain, persediaan bensin AS melonjak secara tak terduga pada minggu lalu sebesar 1,3 juta barel menjadi 223,5 juta barel, menurut laporan Badan Informasi Energi (Energy Information Administration/EIA) AS.

Permintaan bensin di AS juga turun 3,9 persen dari level tahun lalu menjadi 8,5 juta barel per hari.

Di samping stok bensin AS yang naik seiring melemahnya permintaan, memang terjadi penurunan tajam dalam persediaan minyak mentah AS mencapai 4,6 juta barrel di pekan lalu karena kilang beroperasi dan ekspor naik.

Penurunan tersebut lebih tinggi dari perkiraan analis yang sebesar 1,1 juta barrel. Meski begitu, analis menilai penurunan persediaan minyak mentah AS itu hanya akan berjangka pendek.

"Meskipun penarikan stok minyak mentah EIA kemarin lebih dari 4,5 juta barel tampak mendukung (kenaikan harga minyak), tapi semua pengurangan itu terkait dengan lonjakan aktivitas ekspor minyak mentah yang dapat dengan mudah berbalik arah dalam laporan EIA minggu depan," ucap Jim Ritterbusch, Konsultan Ritterbusch and Association.

Pasar kini memperkirakan bahwa The Fed akan menaikkan lagi suku bunganya sebesar 25 basis poin pada pertemuan Mei mendatang. Itu menjadi kenaikan terakhir, yang setelahnya suku bunga The Fed diproyeksi stabil di sisa tahun 2023.

Proyeksi tersebut pun meredakan beberapa kekhawatiran tentang resesi, sebab kenaikan suku bunga terus-menerus untuk menekan inflasi justru akan berimbas pada pelemahan ekonomi.

Meski begitu, di Inggris, laju inflasi yang masih di level dua digit telah mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of England lebih lanjut.

Baca juga: Daftar Harga BBM di SPBU Seluruh Indonesia Berlaku April 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com