Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

BI Memimpin Digitalisasi Non-Tunai

Kompas.com - 12/06/2023, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM berbagai kesempatan, Gubernur Bank Indonesia, Dr. Perry Warjiyo menegaskan solusi bagi Indonesia jika ingin maju perekonomian adalah melalui aplikasi digitalisasi perbankan, khususnya sistem pembayaran non-tunai .

Gubernur BI berdalih bahwa Pandemi coronavirus disease (Covid-19) telah mengubah pola transaksi keuangan yang dilakukan sebagian besar masyarakat, termasuk penggunaan sistem pembayaran berbasis digital dan akses mobile banking.

Hal ini dikarenakan penggunaan sistem pembayaran berbasis digital dapat memberikan dampak positif di berbagai bidang, hemat biaya, kecepatan, hemat energi, tidak perlu bawa tunai, dan mengurangi mobilitas fisik manusia.

Saat ini, hampir semua urusan pembayaran dapat diakses melalui digital non-tunai, transfer uang, pesan kendaraan, pesan tiket, bayar makan, bayar pajak, bayar sekolah, bayar zakat, terima transfer, terima gaji dan lain, serba praktis dan cepat.

Pelayanan yang dulu dilakukan melalui counter bank dan ATM sekarang sudah diganti dengan smart phone. Biaya transfer ATM bank yang dulu Rp 6.500 per transaksi sudah dipangkas oleh Fast BI dan QRIS menjadi Rp 2.500.

Bank yang dulunya untuk mendapat fee transaksi payment sekarang berkurang pendapatannya, tetapi volume transaksi meningkat seiring dengan inklusivitasnya.

Penurunan biaya transfer tentu menghemat konsumen dan konsumen akan semakin sering memanfaatkannya dan meluas.

Perubahan pola transaksi keuangan juga tidak terlepas dari kemajuan teknologi, seperti munculnya dan menjamurnya smartphone. Menggunakan teknologi terbaru, didukung oleh koneksi internet cepat dan andal, pengguna semakin mudah menjelajahi dunia online.

Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa sekitar 210 juta penduduk di Indonesia telah memiliki akses internet pada 2022 .

Survei APJII menyimpulkan bahwa 79 persen responden menggunakan internet untuk transaksi online, sementara 72 persen mengakses layanan keuangan.

Layanan keuangan digital di Indonesia telah meningkat secara signifikan, dengan pertumbuhan jangka panjang yang dicapai dalam hal pembayaran nontunai, investasi, asuransi digital, produk pay now, pay later dan pengiriman uang.

Pembayaran tanpa uang tunai diharapkan mencapai 266 miliar dollar AS pada 2022, naik 13 persen dari tahun sebelumnya dalam hal nilai transaksi bruto. Bahkan, pembayaran nontunai pada 2025 diprediksi tumbuh 17 persen menjadi 421 miliar dollar AS.

Pembayaran tanpa uang tunai meliputi penggunaan kartu kredit, kartu debit, kartu prabayar, dompet elektronik, dan transfer antarrekening.

Layanan keuangan Pay Now dan Pay Later menunjukkan pertumbuhan yang solid, 66 persen (yoy) dan diproyeksikan mencapai 5 miliar dollar AS pada 2022.

Pada 2025, layanan keuangan Pay Now dan Pay Later dipredikasi mencapai 16 miliar dollar AS, dengan CAGR sebesar 51 persen.

Transfer uang meningkat 34 persen pada 2022 menjadi 2 miliar dollar AS, dan diprediksi tumbuh 26 persen pada 2025 menjadi 3 miliar dollar AS.

Data menunjukkan bahwa inklusi keuangan digital memberikan ruang untuk inovasi di banyak sektor, termasuk sektor keuangan dari perbankan digital, asuransi, dan teknologi keuangan (FinTech).

Laporan Bank Indonesia yang diterbitkan pada 2019 juga menemukan bahwa sistem pembayaran di Indonesia akan mendukung integrasi antara uang beredar, kebijakan moneter, stabilitas sistem keuangan, dan inklusi keuangan berbasis digital pada 2025 .

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keuangan digital berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Strategi apa yang dapat diterapkan di Indonesia untuk memastikan inklusi keuangan digital membantu mendorong pertumbuhan ekonomi?

Pertama, membuka akses masyarakat terhadap produk dan transaksi keuangan berbasis digital berbasis teknologi yang ada.

Peningkatan akses masyarakat akan membantu sektor keuangan untuk mengumpulkan dana yang dapat disalurkan kembali untuk membiayai sektor-sektor produktif, seperti sektor pertanian.

Kedua, pengembangan dan pemanfaatan kemajuan teknologi untuk menciptakan inovasi dan berbagai produk keuangan.

Teknologi yang ada dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan inovasi yang membuka akses masyarakat ke sektor keuangan seperti perbankan digital dan FinTech dengan fokus pada kebutuhan konsumen seperti pembiayaan, pembukaan rekening dan investasi.

Ketiga, meningkatkan edukasi dan literasi keuangan digital. Topik edukasi keuangan digital harus mencakup produk keuangan, metode pembayaran digital, dan kiat cepat mengelola keuangan rumah tangga.

Terima kasih Bank Indonesia sebagai regulator sekaligus sebagai operator sistem pembayaran yang dapat memberikan perlindungan kepada konsumen dalam situasi di mana perbankan sering mengambil manfaat lebih melalui harga layanannya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com