Ketiga, ketahanan pangan. Green economy Indonesia diharapkan dapat meningkatkan masalah ketahanan pangan nasional.
Jika transisi green economy Indonesia berjalan dengan baik, yang artinya adaptif pada perubahan iklim, produksi pangan akan lebih stabil, dan dampak negatif pada sektor pertanian maupun kelautan dapat dicegah.
Keempat, green economy juga diperkikakan dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2030 hingga lebih dari Rp 600 triliun.
Penerapan green economy di Indonesia memiliki beberapa tantangan. Pertama, ketersediaan sumber energi Indonesia masih bergantung pada energi tidak terbarukan (fosil) seperti minyak bumi dan batu bara.
Transisi green economy Indonesia ke energi terbarukan perlu difokuskan pada penggunakan energi terbarukan secara gradual.
Kedua, pemanfaatan potensi Energi Terbarukan (EBT) masih minim. Indonesia memiliki potensi energi terbarukan cukup besar, yakni lebih dari 425 Gigawatt.
Namun hingga saat ini, Indonesia baru bisa memanfaatkan sekitar 2,5 persen. EBT potensial meliputi energi matahari, air, panas bumi, angin, bio energi dan gelombang.
Keempat, besarnya biaya Investasi EBT. Biaya investasi untuk membangun sarana dan parasarana green economy Indonesia sampai 2030 diperkirakan akan mencapai lebih dari Rp 3.700 triliun.
Angka tersebut tampaknya masih sulit dicapai melihat realisasi investasi EBT beberapa tahun terakhir masih jauh dari target.
Saat ini Kementerian PPN/Bappenas sedang mengembangkan road map blue economy Indonesia dengan sinergi mitra lokal dan internasional, di antaranya PBB, ILO, Program Lingkungan PBB, dan Yayasan EcoNusa .
Peta jalan tersebut bertujuan menjalankan transisi ekonomi menuju ekonomi biru yang berkelanjutan melalui konservasi dan pemanfaatan sumber daya kelautan secara bertanggung jawab yang bermanfaat bagi generasi penerus.
Peta jalan ini juga akan memandukan kebijakan dan program untuk mewujudkan Visi Indonesia 2045 – terutama target mencapai Indonesia maju serta menghidari dari jebakan pendapatan menengah sebelum tahun 2045.
Ada empat strategi dalam implementasi blue economy di Indonesia. Pertama, membenahi dan mengembangkan pengelolaan laut dan pesisir.
Pengelolaan ini mencakup rehabilitasi mangrove, tata ruang laut, dan pesisir serta penangkapan ikan.
Kedua, penyediaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah dan akses air bersih. Aspek ini diperlukan untuk melindungi ekosistem dari kerusakan lingkungan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya