"Pada waktu laba tinggi di 2017-2018 cahsflow-nya negatif Rp 19 triliun. Jadi ini aneh, bahwa terjadi cashflow operasi yang negtaif dan cashflow investment yang besar sekali," kata dia.
Dengan kondisi laporan keuangan seperti itu, yang dibarengi margin tipis, maka pada saat pandemi Waskita seketika mencatatkan kerugian, terdalam pada 2020 dengan rugi sebesar Rp 9,3 triliun berlanjut di Rp 1,8 triliun sebesar 2021 dan Rp 1,7 triliun sebesar 2022.
Tiko bilang, pemerintah saat ini sedang menyelidiki persoalan tersebut untuk mengetahui faktor pasti yang membuat terjadinya penurunan tajam pada kinerja keuangan Waskita.
Ia mempertimbangkan, apakah persoalan itu karena disebabkan perbedaan pandangan akuntansi, seperti yang pernah terjadi di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, atau justru penyalahgunaan kebijakan akuntansi untuk memanipulasi laporan keuangan.
"Kami belum beri kesimpulan terakhir, karena masih investigasi untuk mengetahui sebenarnya komponen apa yang memabuat terjadi perubahan laba ke negatif secara drastis sekali di 2018, 2019, 2020, apa sebenarnya yang terjadi di situ," papar Tiko.
Baca juga: BEI Panggil Waskita dan Wijaya Karya Terkait Dugaan Manipulasi Laporan Keuangan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.