Kemudian, pertumbuhan obligasi hijau kala itu tidak terlepas dari pelonggaran kebijakan moneter (memiliki tingkat suku bunga paling rendah sejak 2016.Q1) yang dilakukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi akibat hantaman resesi global.
Pada akhirnya, kebijakan moneter yang longgar tidak bisa dipungkiri menjadi faktor utama peningkatan penerbitan obligasi hijau.
Penerbitan obligasi hijau juga sangat dipengaruhi transmisi kebijakan moneter, yaitu fluktuasi tingkat suku bunga bank sentral.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, efek kebijakan moneter hijau secara tidak langsung harus dapat ditransmisikan pada lingkungan.
Dalam menjaga kerusakan lingkungan, efek kebijakan moneter hijau tersalurkan melalui pasar keuangan hijau.
Saluran transmisi ini disebut sebagai money view di mana kebijakan moneter hijau dapat memengaruhi stabilitas harga pada pasar keuangan dan bekerja secara efisien terhadap stabilitas harga karena perubahan tingkat suku bunga yang kemudian dapat bertransmisi pada tenor-tenor jangka panjang, termasuk tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Pencapaian pertumbuhan positif sektor keuangan hijau juga dipengaruhi oleh regulasi yang mendukung.
Sejak akhir 2019, Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan serangkaian kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan keuangan hijau berupa ketentuan rasio Green Loan to Value (LTV), Funding on Value (FTV), Green Macro Safeguard Comprehensive Funding, serta Laporan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial.
Dengan ketentuan rasio LTV/FTV saat ini, bank dapat memberikan pembiayaan atau kredit hingga 100 persen khusus untuk properti ramah lingkungan.
Aset dapat berupa rumah, apartemen, dan ruko yang memenuhi kriteria green building dengan nilai agunan berkisar antara Rp 5 miliar hingga Rp 10 miliar.
Lebih dari itu, BI juga telah menghapus ketentuan setoran minimum untuk pembelian kendaraan listrik baterai. Sebelumnya, uang muka minimum adalah 5-20 persen.
Regulasi rasio LTV/FTV dan prabayar untuk kendaraan bermotor listrik berlaku hingga akhir tahun 2023 dan diharapkan dapat mempercepat penurunan emisi karbon.
Transisi ke ekonomi rendah karbon seperti tim sepak bola, di mana semua pihak yang terlibat memiliki peran penting dalam kapasitasnya masing-masing.
Kerjasama yang kuat antara pemerintah, lembaga keuangan, dunia usaha dan masyarakat sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai kendala termasuk financial gap.
Tim yang solid tercapai ketika semua bagian mengetahui dan ingin memainkan bagian mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.