Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Larangan Ekspor Bahan Mentah Bikin Pengusaha Kapal Semringah

Kompas.com - 20/07/2023, 21:12 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesian National Shipowners Association (INSA) menilai kebijakan Presiden Joko Widodo yang melarang ekspor bahan mentah berdampak positif bagi industri kapal logistik.

Wakil Ketua Umum VII DPP INSA Fathy Khusumo mengatakan larangan ekspor tersebut justru memunculkan rute-rute kapal logistik baru yang melayani pengiriman domestik.

Pasalnya saat ekspor bahan mentah dibolehkan, mayoritas kapal logistik yang digunakan untuk pengiriman ke luar negeri merupakan kapal-kapal asing.

Baca juga: Ambiguitas Uni Eropa di Antara Sawit dan Nikel

"Dengan adanya program pemerintah untuk hilirisasi, justru itu telah mengembangkan banyak angkutan baru, yaitu dari daerah ke daerah juga dan juga untuk di dalam Indonesia ini boleh dibilang hari ini sangat semarak untuk angkutan mineral, hasil tambang," ujarnya saat konferensi pers Transport Logistic Southeast Asia di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (20/7/2023).

Melihat hal tersebut, dia yakin selama pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh dengan baik, maka akan mendongkrak pertumbuhan angkutan kapal di dalam negeri.

"Jadi ini juga saya yakin untuk 2023-2024 kemungkinan besar kita perekonomiannya tingkatnya jauh lebih baik," ucapnya.

Baca juga: Nikel Sayang, Nikel Ditendang

Jokowi larang ekspor bahan mentah

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menegaskan, Indonesia tidak akan lagi mengekspor bahan mentah. Jokowi menyebut Indonesia tidak akan mundur meskipun mendapat gugatan akan keputusan itu.

"Kalau kita digugat kemudian mundur, belok kanan, enggak jadi, jangan berharap sampai kapan pun negara ini menjadi negara maju," ucap Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada pembukaan Muktamar XVIII PP Muhammadiyah di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (22/2/2023).

Pemerintah Indonesia menghentikan ekspor nikel pada 2020 dan ekspor bauksit pada Juni 2023. Jokowi menyebut pemerintah juga akan menghentikan ekspor timah dan tembaga.

Baca juga: Prabowo Janji Lanjutkan Program Jokowi soal Hilirisasi Nikel hingga Sawit

"Setelah nikel setop, bauksit setop, tembaga setop, timah setop, mau tidak mau perusahaan besar nanti akan investasi di sini. Saya sampaikan waktu bertemu Uni Eropa, Indonesia ini tidak menutup diri, kita terbuka, tapi jangan paksa kita untuk mengekspor bahan mentah, sudah enggak mau kita," kata Jokowi lagi.

Jokowi pun mencontohkan nilai tambah dari kebijakan menyetop ekspor bauksit. Sebelumnya Indonesia pengekspor bauksit nomor 3 di dunia tetapi eksportir nomor 31 panel surya.

Sementara China eksportir bauksit nomor 18 dunia tetapi eksportir nomor 1 panel surya.

"Barang kita 90 persen bauksit kita ekspor ke RRT dan dia sekarang jadi eksportir no 1 di dunia, mau kita terus-teruskan? Mau kita terus-teruskan?" kata Jokowi.

Baca juga: Hilirisasi Nikel Ditentang Eropa, Mendag: Kita Mati-matian Jadi Pusat Mobil Listrik

Menurut Jokowi, dengan kebijakan menyetop ekspor bahan mentah, Indonesia akan mendapat hasil berkali-kali lipat dibanding sebelumnya.

Presiden memberi gambaran, sebelumnya saat ekspor nikel, nilainya hanya Rp 17 triliun, namun setelah dibuat menjadi komponen-komponen untuk sejumlah produk seperti laptop, prekursor, dan besi baja nilainya naik menjadi Rp 450 triliun.

"Dari Rp 17 triliun menjadi Rp 450 triliun, negara akan mendapat berlipat-lipat dari pajak perusahaan, karyawan, royalti, PNBP, bea ekspor. Konsep besarnya seperti itu," ujar Presiden.

Dia juga mencontohkan beberapa peluang hilirisasi industri. Setelah jadi EV baterai, nilai tambahnya jadi 67 kali, bauksit setelah diolah jadi panel surya nilai tambahnya bisa 194 kali.

"Gas alam jadi pupuk bisa 4 kali. Belum kelautan, perkebunan Mau terus-terus ekspor bahan mentah?ndak, stop. Ini nanti yang akan rakyat dapat kesempatan kerja," kata Presiden.

Baca juga: Kementerian ESDM Investigasi Dugaan Ekspor Nikel Ilegal ke China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com