Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stafsus Erick Thohir: Merger 3 Maskapai BUMN Bukan Berarti Melebur, tapi Cukup 1 Manajemen

Kompas.com - 23/08/2023, 20:41 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) buka-bukaan terkait rencana merger atau penggabungan maskpai pelat merah. Nantinya Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air akan digabungkan.

Sebelumnya, rencana penggabungan tersebut diungkapkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menjelaskan, langkah ini diambil karena ingin dalam satu industri hanya satu BUMN yang terlibat menjadi pengelola.

"Ini kan bagus, karena Pak Erick ingin satu pengelolaan untuk satu industri. Jadi kan kita punya 3, ada Garuda, Citilink, Pelita. Jadi cukup satu manajemen mengelola semua walaupun nanti terbagi-bagi," ujarnya saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (23/8/2023).

Baca juga: Erick Thohir Berencana Gabungkan Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air

Menurutnya, merger tersebut bukan berarti melebur ketiga maskapai menjadi hanya satu maskapai. Arya bilang, Citilink akan tetap menjadi anak usaha Garuda Indonesia, hanya saja untuk Pelita Air masih dalam diskusi penempatan posisinya.

"Bukan merger jadi satu nama Garuda, enggak. Citilink tetap ada di situ, tapi Pelita belum tahu posisinya di mana," kata dia.

Terkait skema penggabungannya, dia mengaku belum mengetahui secara pasti. Termasuk ketika ditanya kemungkinan akan mengikuti skema penggabungan Pelindo, sebab masih dalam kajian.

"Ya inbrengnya (pengalihan saham) ke mana, apakah ke Garuda, apakah ke Citilink, kan kita enggak tau, apakah dia akan seperti subholding, kita belum tahu juga nih, masih dikaji," ucap Arya.

Baca juga: Soal Merger 3 Maskapai BUMN, Pengamat: Layanan Beda Kelas Kok Digabung? Nanti Garuda Jadi LCC atau Gimana?

 


Terkait adanya perubahan tarif tiket pesawat karena merger tersebut, Arya hanya menegaskan, bahwa merger bukanlah peleburan menjadi hanya satu entitas.

Saat ini posisi Pelita Air sedang dikaji untuk masuk ke Garuda Indonesia atau Citilink, atau dengan skema lainnya.

"Jadi ini masih dihitung lah, mudah-mudahan cepat (selesai proses merger-nya)," pungkas dia.

Baca juga: Tiga Maskapai BUMN Bakal Merger, Harga Tiket Pesawat Turun?

 

Tanggapan Garuda Indonesia dan Pelita Air

Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan bahwa rencana merger tersebut masih dalam proses diskusi intensif antara pihak terkait.

"Hingga saat ini proses diskusi terkait langkah penjajakan aksi korporasi tersebut masih terus berlangsung intensif," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (22/8/2023).

Ia pun menyatakan, bahwa Garuda Indonesia akan mendukung langkah yang diambil Kementerian BUMN terkait wacana penggabungan ketiga maskapai BUMN tersebut.

"Garuda Indonesia Group tentunya akan mendukung dan memandang positif upaya wacana merger tersebut yang tentunya akan dilandasi dengan kajian outlook bisnis yang prudent," ungkap dia.

Senada, Vice President Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, pihaknya akan mengikuti keputusan pemerintah terkait rencana penggabungan Pelita Air dengan dua maskapai BUMN lainnya.

Menurutnya, rencana merger tersebut memang sudah menjadi pembahasan di internal BUMN, namun masih dalam tahap awal. Oleh sebab itu, masih dilakukan pembahasan lebih lanjut dengan Kementerian BUMN dan pihak maskapai lainnya.

"Untuk saat ini tentunya masih tahap awal, sehingga masih harus dikoordinasikan lebih lanjut dengan Kementerian BUMN, juga Garuda dan Citilink," kata Fadjar kepada Kompas.com, Rabu (23/8/2023). 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com