Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Buy Now Pay Later" Dijuluki "Ghost Debt" di Luar Negeri, Mengapa?

Kompas.com - 08/01/2024, 11:44 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber CNBC

JAKARTA, KOMPAS. com - Maraknya model pembiayaan atau pinjaman saat ini dengan konsep "Buy Now Pay Later" menimbulkan julukan tersendiri. Di Amerika Serikat, "Buy Now Pay Later" dijuluki sebagai "Ghost Debt" atau "Utang Hantu".

Julukan tersebut banyak diperbincangkan karena menjadi salah satu masalah keuangan yang cukup sulit diselesaikan.

Dikutip dari CNBC, Senin (8/1/2024), beberapa ahli menyebut "Buy Now Pay Later" juga sulit untuk dilacak, sehingga lebih mudah bagi konsumen untuk mengambil risiko itu.

Baca juga: Pay Later Tidak Lebih Baik dari Kartu Kredit, Mengapa?

Ilustrasi layanan buy now pay later (BNPL) atau paylater. SHUTTERSTOCK/JUICY FOTO Ilustrasi layanan buy now pay later (BNPL) atau paylater.
Jika dibandingkan dengan kartu kredit, "Buy Now Pay Later" memiliki suku bunga yang jauh lebih tinggi, dan sulit untuk dipertanggungjawabkan oleh debiturnya.

Menurut data belanja online terbaru Adobe, selama periode liburan, penggunaan pembayaran cicilan mencapai titik tertinggi sepanjang masa, atau naik 14 persen dari tahun ke tahun.

Wells Fargo mencatat "Buy Now Pay Later" saat ini dinilai menjadi salah satu kategori kredit dengan pertumbuhan tercepat dalam pembiayaan konsumen.

Ekonom senior di Wells Fargo Tim Quinlan mengatakan, "Ghost Debt" dapat diartikan bahwa masyarakat berada dalam posisi yang lebih sulit.

Baca juga: Peringatan OJK soal Maraknya Pay Later: Jangan Beli Barang Konsumtif Pakai Utang

“Karena tidak ada pusat penyimpanan untuk memantaunya, pertumbuhan "Ghost Debt" ini dapat berarti bahwa tingkat total utang rumah tangga sebenarnya lebih tinggi dibandingkan utang konvensional,” kata Quinlan.

Quinlan mengatakan, karena pembiayaan melalui "Buy Now Pay Later" tidak dilaporkan ke lembaga pelaporan kredit besar, sehingga menjadi tantangan bagi pemberi pinjaman untuk mengetahui berapa banyak pinjaman yang dimiliki konsumen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemendag Sebut 2 Sisi Industri Tembakau, Berpeluang Hasilkan Cuan tapi Rugikan Kesehatan

Kemendag Sebut 2 Sisi Industri Tembakau, Berpeluang Hasilkan Cuan tapi Rugikan Kesehatan

Whats New
Shopee Raih Penghargaan Mitra Swasta Terbaik dari Pos Indonesia

Shopee Raih Penghargaan Mitra Swasta Terbaik dari Pos Indonesia

Whats New
Luhut: Indonesia Akan Bangun Industri Minyak Jelantah Pengganti Avtur

Luhut: Indonesia Akan Bangun Industri Minyak Jelantah Pengganti Avtur

Whats New
Soal Aturan Iuran Tapera, Anggota DPR: Pekerja Tidak Otomatis dapat Manfaat

Soal Aturan Iuran Tapera, Anggota DPR: Pekerja Tidak Otomatis dapat Manfaat

Whats New
OJK Sebut Perbankan Optimistis Kinerja Meningkat di Tengah Ketidakpastian Global

OJK Sebut Perbankan Optimistis Kinerja Meningkat di Tengah Ketidakpastian Global

Whats New
BRI Buka Lowongan Kerja hingga 15 Juni 2024, Simak Persyaratannya

BRI Buka Lowongan Kerja hingga 15 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Ekonom: Manfaat Tapera Minim, Aturan Tidak Dirancang dengan Baik

Ekonom: Manfaat Tapera Minim, Aturan Tidak Dirancang dengan Baik

Whats New
Mendag Zulhas Pastikan Tak Akan Revisi Lagi Permendag 8/2024 tentang Relaksasi Impor

Mendag Zulhas Pastikan Tak Akan Revisi Lagi Permendag 8/2024 tentang Relaksasi Impor

Whats New
Soal Tapera, Serikat Buruh: Jangan Dijalankan Sekarang

Soal Tapera, Serikat Buruh: Jangan Dijalankan Sekarang

Whats New
BKI dan PT PAL Buka Potensi Genjot Kerja Sama di Sektor Maritim

BKI dan PT PAL Buka Potensi Genjot Kerja Sama di Sektor Maritim

Whats New
Lowongan Kerja 7 Perusahaan di AS, Bisa Kerja Remote hingga Biayai Liburan, Minat?

Lowongan Kerja 7 Perusahaan di AS, Bisa Kerja Remote hingga Biayai Liburan, Minat?

Work Smart
Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
3 Tahun Lagi Masuk Anggota OECD, RI Ditargetkan Jadi Negara Maju

3 Tahun Lagi Masuk Anggota OECD, RI Ditargetkan Jadi Negara Maju

Whats New
Pertamina: Masih Ada Orang Kaya yang Pakai Elpiji 3 Kg

Pertamina: Masih Ada Orang Kaya yang Pakai Elpiji 3 Kg

Whats New
Pembayaran Utang Rafaksi Minyak Goreng Tinggal Menunggu BPDPKS

Pembayaran Utang Rafaksi Minyak Goreng Tinggal Menunggu BPDPKS

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com