"Rupiah diperkirakan cenderung akan tertekan mengingat data perdagangan diperkirakan masih akan lemah, namun BI diharapkan masih mempertahankan suku bunga demi mendukung rupiah," kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat.
Nanang menambahkan, perkembangan politik Timur Tengah masih harus dicermati. Bilamana gejolak terus memanas, maka akan memicu kenaikan harga energi dan juga memunculkan sentimen untuk berlindung ke aset safe haven.
Baca juga: IHSG Ditutup Turun Tipis, Rupiah Menguat
"Kondisi safe haven ini bisa membantu dollar AS menguat dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah," imbuhnya.
Selain itu, lanjut Nanang, investor juga perlu memperhatikan data inflasi produsen Amerika Serikat yang dirilis Jumat malam. Jika data inflasi produsen tahunan AS kembali naik, maka bakal menjadi beban bagi rupiah.
Dolar AS kemungkinan akan menguat dan juga muncul ekspektasi bahwa Fed masih akan pertahankan suku bunga pada level 5,50 persen.
Nanang menganalisis bahwa rupiah tengah berupaya melemah lanjutan menuju Rp 15.590 per dollar AS, yang mana bila tembus, bisa mengkerek rupiah ke Rp 15.675 per dollar AS. Sedangkan, potensi penguatan rupiah cenderung tertahan pada Rp 15.450 per dollar AS.
Baca juga: IHSG Menguat di Awal Sesi, Rupiah Melemah
Nanang memproyeksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 15.450 per dollar AS hingga Rp 15.675 per dollar AS di perdagangan pekan depan. Adapun Lukman memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp15.400 per dollar AS hingga Rp 15.700 per dollar AS.
Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup pada posisi Rp 15.550 per dollar AS di Jumat. Dalam sepekan, rupiah di pasar spot melemah sekitar 0,21 persen dari posisi Rp 15.516 per dollar AS.
Secara harian, rupiah melemah tipis 0,01 persen dari posisi Rp 15.549 per dollar AS.